SOLOPOS.COM - Petani Desa Sidorejo, Wonoasri, Kabupaten Madiun, mengangkut gabah hasil panen dengan kereta sorong, Rabu (7/10/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Siswowidodo)

Solopos.com, MADIUN -- Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Subdivre IV Madiun mengaku penyerapan beras petani sepanjang 2019 tidak memenuhi target. Penyebabnya, para petani lebih memilih menjual hasil panen ke tengkulak daripada ke Bulog.

Kepala Perum Bulog Subdivre IV Madiun, Sugeng Hardono, mengatakan realisasi serapan padi hingga akhir 2019 hanya 14.500 ton atau sekitar 60,4% dari target 24.000 ton. Dia menuturkan harga beras dari hasil panen petani sesuai Inpres No. 5/2015 dengan harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp7.300/kg. Namun, Bulog membelinya seharga Rp8.030/kg.

Promosi Primata, Permata Indonesia yang Terancam Hilang

"Tapi kan harga di pasar lebih tinggi. Petani lebih tertarik untuk menjual hasil panen mereka ke selain Bulog," kata dia, Kamis (23/1/2020).

Sugeng menuturkan saat ini stok beras di Subdivre IV Madiun masih aman. Hingga pekan pertama 2020, stok beras di gudang Bulog masih 19.500 ton.

"Sebanyak 19.500 ton stok beras itu dibagi di empat gudang. Antara lain Gudang Keniten 5.700 ton, Gudang Geneng 4.600 ton, Gudang Jeruk Gulung 4.957 ton, dan Gudang Nambangan 4.000 ton," jelas dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya