Tantu Panggelaran, Asal Muasal Pulau Jawa dan Paku Gunung Semeru
Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur menjadi tempat yang sakral bagi umat Hindu karena sebagai tempat bersemayamnya dewa-dewa, sesuai Kitab Tantu Panggelaran yang menganggapnya sebagai paku saat penciptaan Pulau Jawa.

SOLOPOS.COM - Relawan melintas saat Gunung Semeru mengeluarkan awan panas guguran melalui bukaan aliran lava baru di Desa Supiturang, Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Selasa (21/12/2021). Pusat Riset Aplikasi Penginderaan Jauh Lapan - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mencatat Gunung Semeru mengalami perubahan bentuk di wilayah kawah hingga lereng bagian tenggara akibat aktivitas vulkanik berupa luncuran awan panas guguran. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/rwa.
Solopos.com, LUMAJANG — Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur menjadi tempat yang sakral bagi umat Hindu karena sebagai tempat bersemayamnya dewa-dewa, sesuai Kitab Tantu Panggelaran yang menganggapnya sebagai paku saat penciptaan Pulau Jawa. Pada Selasa (24/5/2022), terdakwa kasus penendangan sesajen di area erupsi Gunung Semeru dituntut hukuman 7 bulan kurungan penjara dan denda Rp50 juta.
Dalam sidang yang digelar daring tersebut, terdakwa Hadfana Firdaus didakwa Pasal 145 Ayat 2 undang-undang informasi dan transaksi elektronik (ITE), karena dengan sengaja menyebar video penendangan sesajen yang menimbulkan kegaduhan masyarakat. Dalam serangkaian persidangan yang telah dijalani, hal yang memberatkan terdakwa salah satunya adalah perbuatannya telah membuat gaduh dan meresahkan masyarakat di Lumajang.
Tantu Panggelaran ditulis dalam bahasa Jawa Pertengahan pada zaman Majapahit. Suntingan teks yang sangat penting telah terbit pada 1924 di Leiden, Belanda oleh Dr. Th. Pigeaud. George Quinn dalam artikelnya How Java Got Its Mountains (and Stopped Wobbling) menukil Kitab Tantu Panggelaran mengisahkan pada mulanya Pulau Jawa tidak berpenghuni dan dalam keadaan khaotis, karena selalu bergoncang.
