SOLOPOS.COM - Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyampaikan materi dalam Webinar Series Nyengkuyung G20, Kamis (16/6/2022). (Youtube Espos Live)

Solopos.com, SOLO — Masuk era ekonomi digital menjadi tantangan tersendiri bagi kalangan pelaku usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM. Dibutuhkan kerja sama menyeluruh untuk mengatasi tantangan tersebut.

Hal itu terungkap dalam Webinar Series Nyengkuyung G20 Seri III dengan tema Mendorong Inklusi Finansial dan Penguatan Ekonomi Digital yang digelar Solopos Media Group (SMG) dan Harian Jogja, Kamis (16/6/2022). Acara tersebut didukung Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Prodia, Telkom, dan BPD DIY.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Acara yang dimoderatori Presiden Direktur SMG Arif Budisusilo dan Direktur Bisnis/Pemimpin Redaksi Harian Jogja Anton Wahyu P, juga dihadiri Direktur Utama BPD DIY Santoso Rohmad. Kemudian Kepala Prodi Bisnis Digital Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Tastaftiyan Risfandy, dan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, dalam paparannya mengatakan tak hanya UMKM, layanan perbankan juga perlu segera menjawab tantangan digitalisasi dan ekonomi digital. Begitu juga dengan asuransi dan lembaga keuangan mikro juga perlu menambah atau mengubah platform layanannya menjadi digital.

“Ada Digiku [Digital Kredit UMKM] oleh BRI dan semua bank mempunyai program digitalisasi. Bahkan asuransi juga mentransformasikan menjadi digital juga lembaga keuangan mikro akan kita ubah menjadi platform digital,” jelas Wimboh.

Baca Juga: Solopos Media Group & Harian Jogja Hadirkan Webinar Nyengkuyung G20

Hal itu mengingat UMKM sendiri menjadi soko guru ekonomi Indonesia. Setidaknya sebanyak 82,9 persen jumlah UMKM di Indonesia terdiri dari sektor informal, mikro, kecil dan menengah. Perlu pemulihan bagi keberlangsungan UMKM.

Hal itu mengingat saat pandemi Covid-19, 64 juta UMKM merasakan dampak perlambatan ekonomi. Dalam usaha percepatan pertumbuhan UMKM dan ekonomi digital, perlu adanya kerja sama antarelemen. “Tadi memang harus orkestra [ekonomi] secara nasional ya, seluruh lembaga, tidak parsial per lembaga saja. Orkestra nasional hampir di seluruh negara melakukan,” tutur Wimboh Santoso.

Bersaing Dengan Digitalisasi

Sementara Gibran dalam paparannya mengatakan ekonomi digital menjadi salah satu fokus Pemkot Solo dalam membangkitkan ekonomi, utamnaya bagi pelaku UMKM.

Ia juga mendukung pelaku usaha untuk bisa bersaing dengan situasi dan kondisi saat ini dengan digitalisasi. Mulai dari penjualan, transaksi, hingga pengiriman produk.

Baca Juga: Ketua OJK Ungkap Kelemahan Masyarakat Di Sektor Keuangan Inklusif

“Proses transformasi digital mau tidak mau harus diikuti semua pelaku usaha. Penjualan online dan transaksi pembayaran digital menjadi hal wajib untuk dikuasai pelaku UMKM agar tetap bertahan,” jelas Gibran.

Melalui Solo Techno Park (STP), Gibran berharap pelaku usaha dapat memanfaatkan fasilitas yang ada untuk mengembangkan usahanya. Ia juga berharap akan banyak lahir anak muda kreatif dan adaptif terhadap perkembangan bisnis digital di Solo.

Gibran mengatakan wujud kerja sama Pemkot Solo akan dibangun bersama para industri jasa keuangan dan perbankan. Guna mempercepat dan memperkuat ekonomi digital Kota Solo, tak hanya UMKM, Pemkot Solo juga membidik pedagang pasar tradisional untuk beralih ke platform digital.

“Bukan hanya pelaku UMKM namun pedagang pasar tradisional pun kita dorong untuk menggunakan keuangan [digital] dalam setiap transaksi. Jika ini dapat diimplementasikan dengan baik saya yakin kebangkitan ekonomi Kota Solo akan terwujud dan berpusat pada pelaku UMKM dan tradisional maupun modern,” jelasnya.

Baca Juga: Webinar Nyengkuyung G20: Pemberdayaan UMKM Harus Lebih Menantang

Digitalisasi dalam dunia perbankan tampaknya juga sudah dilakukan oleh BPD DIY. Hal itu diungkapkan Dirut BPD DIY, Santoso Rohmad. Sebagai sebagai pemegang keuangan daerah, BPD DIY juga telah bertransformasi ke digital dalam pelayanan dan pengelolaan keuangan daerah.

Kerja Sama Dengan Fintek

Bahkan program tersebut, imbuh Santoso, pernah menyabet penghargaan pula. “Ada program yang namanya program digitalisasi pemerintah daerah alhamdulillah untuk DIY sudah kami lakukan dengan baik dan benar artinya mendapat penghargaan dari otoritas bahwa untuk digitalisasi Pemda DIY mendapatkan penghargaan terbaik se-Indonesia,” katanya.

Sementara itu, BPD DIY dalam usaha digitalisasi juga telah membangun kerja sama bersama finansial teknologi (fintek). Hal itu turut menambah kemudahan dalam setiap transaksi yang dibutuhkan.

Baca Juga: Menhub Sebut Pembangunan Infrastruktur Tidak Jawa Sentris

“Digitalisasi ini juga sudah kami lakukan baik dari sisi penerimaan sekaligus pengeluaran. Bahkan berkolaborasi dengan fintek-fintek lain sehingga semua akan bisa lebih mudah diakses untuk pembayaran,” jelas Dirut BPD DIY, Santoso Rohmad.

Dalam tataran dunia pendidikan, digitalisasi juga menjadi perhatian serius. Hal itu terlihat pada dibukanya program studi Bisnis Digital di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Perilaku masyarakat khususnya anak muda terhadap dunia digital tampaknya menjadi alasan dibukanya bidang studi tersebut.

“Prodi ini kita create untuk menjawab fenomena yang berkembang. Di Indonesia baru ada di beberapa universitas. Kita melihat bahwa adanya kecenderungan anak muda terhadap digitalisasi menjadi motif utama. Sehingga memang di UNS prodi ini harus ada,” jelas Kepala Prodi Bisnis Digital FEB UNS, Tastaftiyan Risfandy.



 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya