SOLOPOS.COM - Para narasumber memberikan materi dalam webinar yang digelar Solopos Media Group (SMG) bersama Pusat Unggulan Iptek (PUI) Baterai Lithium Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Acara tersebut disiarkan melalui Youtube Espos Live, Senin (30/5/2022). (tangkapan layar)

Solopos.com, SOLO — Kendaraan listrik menjadi topik perbincangan hangat dalam beberapa waktu terakhir. Menggunakan kendaraan listrik sebagai kendaraan sehari-hari disebut sebagai pilihan bijak.

Bukan hanya karena biaya operasional yang jauh lebih murah, pemilihan kendaraan listrik disebut menjadi bentuk komitmen menjaga lingkungan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pembahasan kendaraan listrik kembali dilakukan dalam webinar yang digelar Solopos Media Group (SMG) bersama Pusat Unggulan Iptek (PUI) Baterai Lithium Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Tema webinar itu adalah Difusi Inovasi Teknologi Kendaraan Listrik: Menggali Ceruk Pasar Potensial Kendaraan Listrik.

Acara yang dipandu Pemimpin Redaksi SMG, Rini Yustiningsih itu disiarkan melalui Youtube Espos Live, Senin (30/5/2022).

Ekspedisi Mudik 2024

Kadiv Hubungan Industri dan Komersialisasi PUI Baterai Lithium UNS, Wahyudi Sutopo, yang hadir dalam webinar menyampaikan materi total mengani biaya kepemilikan atau total cost ownership (TCO) kendaraan listrik. Menurutnya pengetahuan TCO tersebut bisa menjadi modal untuk memahami kekurangan dan keunggulan kendaraan yang akan menjadi pilihan nantinya.

Baca Juga: Motor Listrik Goodrich Meluncur Agustus, Bergaya Retro

“Jadi TCO ini penting dalam rangka menjadi konsumen cerdas memilih alat transportasi. Apa itu TCO? TCO adalah total biaya kepemilikan yang ditujukan untuk menghitung besarnya biaya dalam membeli suatu produk. Barangkali sebagai konsumen, baik sadar ataupun tidak, untuk memiliki sebuah produk, tentu akan memperhatikan penggunaannya yang dalam waktu lama sesuai masa hidup produknya,” jelas dia.

Pemahaman TCO bisa dimanfaatkan untuk menganalisis produk. Baik analisis secara investasi, sistem produksi, maupun analisis mengenai pengembangan infrastruktur yang dibutuhkan.

Secara regulasi, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 55/2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik berbasis Baterai.

“Tujuan mulianya yakni mengurangi emisi karbon, menurunkan defisit bahan bakar fosil dan seterusnya. Sudah banyak fasilitas yang ditujukan ke produsen maupun konsumen. Ada insentif, pengembangan infrastruktur melalui PLN membangun SPKLU [Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum] dan seterusnya,” lanjut Wahyudi.

Target Meleset

Melalui kebijakan dan perkembangan yang sudah ada, diharapkan pada 2025 ada 2,1 juta sepeda motor listrik turun ke jalan. Namun berdasarkan evaluasi di 2019, populasi masih cukup rendah. Penjualan sepeda motor listrik hanya 100.000 unit atau 0,095% dari target. Pangsa pasar hanya 1,5%.

“Apa penyebabnya? Mungkin masyarakat mengira harga kendaraan listrik lebih tinggi dibandingkan kendaraan konvensional. Barangkali belum menyadari berapa biaya operasional antara keduanya. Oleh karena itu mengenalkan TCO ini perlu agar masyarakat secara cerdas bisa mengevaluasi pilihannya,” kata dia.

Baca Juga: Sakura, Mobil Listrik Nissan Yang Dijual Seharga Rp200 Jutaan

Wahyudi mengatakan mengatakan berdasarkan riset di 2021, ternyata harga beli antara kendaraan listrik dan konvensional yang sekelas tidak terpaut jauh. Tapi biaya operasional kendaraan listrik jauh lebih murah ketimbang kendaraan kovensional. “Kendaran konvesional menghasilkan CO2 tinggi sedangkan kendaraan listrik tidak. Dengan begitu jika dihitung biaya untuk memilikinya selama enam tahun, kendaraan listrik kurang dari Rp30 juta, kalau kendaraan konvensional di atas Rp50 juta,” lanjut dia.

Meski biaya kepemilikan yang terpaut cukup jauh ternyata belum berdampak signifikan pada migrasi penggunaan kendaraan konvesnional ke kendaraan listrik. Menurutnya hal itu juga yang sampai saat ini menjadi pertanyaan para peneliti.

Secara infrastruktur, saat ini dukungan untuk kendaraan listrik juga terus ditingkatkan. General Manager PLN UID Jateng dan DIY, M. Irwansyah Putra, menjelaskan regulasi penyediaan dukungan infrastruktur kendaraan listrik berbasis baterai telah diatur.

“Di mana kami ada SPKLU atau Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum yakni pengisian energi listrik untuk kendaraan bermotor listrik berbasis baterai. Nantinya akan berkembang adanya SPBKLU atau stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum yang merupakan sarana penukaran baterai yang akan diisi ualang dengan baterai yang telah diisi ulang untuk KBL berbasis baterai,” kata dia.

Baca Juga: Pabrik Mobil Listrik di Batang, Bandar Antariksa di Biak

Di Jateng DIY saat ini sudah ada di 10 SPKLU. “Kami akan mengundang para peminat untuk melakukan skema kerja sama pembangunan SPKLU,” lanjut Irwansyah.

PLN juga memberikan stimulus kepada pemilik kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB). Seperti insentif pasang baru untuk tambah daya serta insentif tarif tenaga listrik home charging.

Hemat 60%

Penggunaan kendaraan listrik diklaim menghemat pengeluaran dibandingkan menggunakan kendaraan konvesional. “Kalau isi BBM satu liter untuk jalan sekitar 50 km. Harga premium sekitar Rp7.650, berarti sekitar Rp142 per km. Jika menggunakan sepeda motor berbasis baterai 2 kwh untuk 50 km. Satu KWh sekitar Rp1.445, berarti Rp57,8 per km. Berarti ada efisiensi hampir 60%,” jelas Irwansyah.

Selain infrastruktur, dukungan kendaraan listrik juga datang dari sisi pembiayaan. Head of Marketing Strategy and Customer Experience Adira Finance, Tania Endah Budhi, mengatakan saat ini pihaknya sudah menyediaan pembiayaan kendaraan listrik.

“Awalnya dimulai dengan motor listrik dan merambah mobil listrik. Dari sisi proses tidak ada perbedaan dengan kredit kendaraan konvensional, jika dilihat dari sisi customer,” jelas dia.

Baca Juga: Pilihan Motor Listrik Termurah di Indonesia, Semua di Bawah Rp15 Juta



Sementara itu General Manager Sales PT Volta Indonesia Semesta, Kristianus J. Sarumaha, menyebutkan saat ini kendaraan listrik mulai mendapat respons positif dari pasar. “Saya cerita situasi bagaimana saat kami masuk dalam pameran Indonesia International Motor Show, pada akhir Maret lalu. Awalnya kami merasa, rasanya motor listrik ini baru sekedar perkenalan. Tapi pada hari ketiga, terjadi hal di luar dugaan. Target awal kami yang hanya 25 unit selama 10 hari pelaksanaan pameran, ternyata terpenuhi hanya di hari ketiga. Kemudian selama pameran kami membukukan 200% dari terget penjualan,” kata dia.

Menurutnya hal terpenting untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat adalah dengan pengalaman. Untuk itu menurutnya program test ride yang digelarnya cukup memberikan dampak besar dalam mendongkrak respons pasar. “Paling penting kuncinya adalah di test ride. Mereka mencoba, meraba, merasakan. Kami mengajak pengunjung melakukan test ride dan responsnya bagus,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya