Solopos.com, SRAGEN – Tanjakan maut di Dukuh Tanggulrejo, Desa Gilirejo, Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, menjadi momok bagi sejumlah pengendara. Warga setempat sudah berulang kali menyaksikan kendaraan baik roda empat maupun ronda dua tergelincir akibat tidak kuat melintasi jalan menanjak tersebut.
Tanjakan maut Tanggulrejo berada di salah satu permukiman terpencil di Kabupaten Sragen. Berdasarkan pantauan Solopos.com, Senin (22/6/2020), jalan utama penghubung Desa Gilirejo itu lebarnya sekitar tiga meter.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Kondisi jalan yang relatif sempit itu membuat kendaraan roda empat tidak bisa melaju bersama dari dua arah berlawanan. Sisi kanan dan kiri jalan menanjak itu berupa jurang dengan kedalaman sekitar tiga meter.
Selain menanjak, jalan kabupaten tersebut juga menikung cukup tajam. Kondisi itu diperparah dengan permukaan aspal jalan yang sudah retak-retak. Sebagian aspal tanjakan maut Tanggulrejo Sragen itu sudah terkelupas sehingga membuat permukaan jalan menjadi bergelombang atau tidak rata.
Yossy Si Bakul Gorengan Cantik Viral di Jogja Ternyata Lahir di Sukoharjo
Kepala Desa Gilirejo, Parjo, mengatakan sudah banyak kendaraan yang jatuh ke jurang akibat tidak kuat menanjak. Khususnya kendaraan roda empat dengan beban berat.
“Sudah banyak sekali kendaraan yang jatuh karena tidak kuat menanjak. Jumlahnya tidak terhitung. Tidak hanya kendaraan roda dua, tapi juga roda empat khususnya truk bermuatan pasir, batu atau kayu,” kata Parjo saat ditemui di lokasi.
Parjo mengaku pernah menjadi korban di tanjakan maut Tanggulrejo Sragen tersebut pada 2013 lalu. Kala itu truk yang dikemudikan olehnya terperosok ke jurang.
“Saat itu saya mengemudikan truk. Meski tanpa muatan, truk tidak kuat menanjak hingga akhirnya truk mundur dan terperosok ke jurang dengan posisi bagian depan ada di atas. Beruntung saya tidak mengalami luka sedikitpun,” sambung dia.
Tak Punya Surat Nikah, Status Kependudukan Keluarga Di Gudang Angker Jajar Solo Jadi Ruwet
Korban dari Luar Daerah
Parjo menilai tanjakan mau di Tanggulrejo Sragen itu memang tidak terlalu tinggi. Namun, pengemudi kendaraan roda empat khususnya truk bermuatan berat pada umumnya kesulitan mengambil ancang-ancang karena kondisi jalan tidak mendukung. Akibatnya, mereka rata-rata kesulitan tanjakan yang menikung itu.
“Kebanyak korbannya dari warga luar desa yang belum memahami karakter jalan,” ucapnya.
Selain warga dari luar desa, tanjakan maut di Tanggulrejo Sragen yang menikung itu juga kerap menjatuhkan pelajar yang mengendarai sepeda motor. Beberapa di antaranya bahkan sempat terperosok ke dalam jurang. Beruntung dasar jurang itu berupa tanah sehingga mereka hanya mengalami luka ringan.
“Kalau permukaan jurang itu bebatuan atau tanah cadas, mungkin ceritanya lain. Tapi, sampai sejauh ini tidak ada korban jiwa. Paling mentok ya dilarikan ke puskesmas. Belum lama ini juga ada truk pengangkut tebu yang terguling karena tak kuat menanjak. Tanjakan itu selama ini memang ditakuti oleh para sopir truk bermuatan berat,” terang Suryadi warga setempat.