SOLOPOS.COM - HASIL TANGKAPAN -- Pembeli ikan laut hasil tangkapan nelayan terlihat di Pantai Kwaru, Srandakan, Bantul, beberapa waktu lalu. Cuaca ekstrem yang menimbulkan gelombang tinggi membuat nelayan di wilayah DIY terpaksa mengurangi aktivitas melaut. (JIBIHarian Jogja/dok)

Jogja (Solopos.com) – Sejak 2009 kesejahteraan hidup nelayan pesisir selatan DIY diakui memprihatinkan. Tercatat terjadi penurunan tangkapan ikan secraa drastis sejak tiga tahun terakhir.

HASIL TANGKAPAN -- Pembeli ikan laut hasil tangkapan nelayan terlihat di Pantai Kwaru, Srandakan, Bantul, beberapa waktu lalu. Cuaca ekstrem yang menimbulkan gelombang tinggi membuat nelayan di wilayah DIY terpaksa mengurangi aktivitas melaut. (JIBIHarian Jogja/dok)

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Data yang tercatat di Dinas Kelautan dan Perikanan DIY menunjukan terjadi penurunan hingga 2.000 ton lebih ikan per tahun. Pada 2009 misalnya hasil tangkapan ikan laut di DIY sebanyak 4.238 ton, menurun menjadi 3.862 ton pada 2010 dan turun drastis menjadi 1.200 ton hingga Oktober 2011.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, Sudiyanto kepada wartawan, Kamis (27/10/2011) mengungkapkan, berbagai faktor penyebab anjloknya hasil tangkapan ikan di laut lepas tersebut. Seperti faktor perubahan iklim secara ekstrem yang mengakibatkan cuaca buruk dan gelombang tinggi alhasil nelayan tak dapat melaut. “Kalau cuaca buruk nelayan tidak berani pergi melaut,” ujarnya.

Selain itu keterbatasan peralatan tangkap nelayan yang tidak memadai. Kebanyakan nelayan hanya menggunakan perahu tempel yang hanya dapat menjangkau kejauhan 12 mil dari bibir pantai. Perahu tersebut kondisinya tidak kuat bila dihantam cuaca buruk. Lembaganya mencatat terdapat sebanyak 480 buah perahu tempel dan 42 buah kapal motor di nelayan pesisir DIY.

Lantaran terus terjadi penurunan hasil tangkapan diakuinya kondisi perekonomian warga pesisir khususnya nelayan semakin terpuruk. Karenanya berbagai upaya ditempuh agar kesejahteraan nelayan tetap terangkat. Misalnya dengan memberikan bantuan sarana prasarana penangkapan ikan seperti kapal berkapasitas hingga 30 gros ton yang dapat berlayar lebih dari 12 mil dan tahan terhadap gelombang tinggi serta cuaca ekstrem.

Saat ini misalnya Pemprov telah membeli empat buah kapal berkapasitas 30 gros ton dari daerah Batang, Pekalongan (Jawa Tengah). Dua buah untuk Gunungkidul sisanya dialokasikan ke Bantul dan Kulonprogo. Dua diantaranya telah merapat di perairan Sadeng, Gunungkidul belum lama ini. Sementara dua lainnya dijadwalkan tiba di DIY dua minggu lagi.

Untuk operasional kapal diserahkan ke kelompok nelayan yang siap mengoperasikan. Ia berharap keberadaan kapal tersebut dapat meningkatkan hasil tangkapan karena jangkauan mencari ikan semakin luas lebih dari 12 mil. Ditargetkan sekali melaut nelayan bisa membawa pulang satu hingga dua ton ikan. Dibanding kapal kecil yang hanya mampu mengangkut 30 kg sampai 50 kg ikan. “Dengan hasil tangkapan ikan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan mereka,” ungkap Sudiyanto.

Upaya lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir tersebut melalui budidaya ikan air tawar di lahan pasir sebagai mata pencaharian baru. Budidaya ikan dapat dilakukan oleh nelayan yang jarang melaut atau di sela-sela waktu saat tak melaut. Dapat juga dikerjakan oleh para isteri nelayan. Produksi dari budidaya ikan air tawar ini ternyata cukup banyak. Hingga Oktober 2011 misalnya produksi ikan air tawar mencapai hingga 1.700 ton melebihi ikan tangkap yang hanya 1.200 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya