SOLOPOS.COM - Nelayan di Pantai Baru saat membersihkan jala ikan yang terkena pasir saat gelombang besar terjadi kemarin. Meskipun gelombang mulai turun namun para nelayan ini masih belum berani untuk melaut. Jumat, (9/6/2016). (Yudho Priambodo/JIBI/Harian Jogja)

Sektor perikanan tangkap terpukul.

Harianjogja.com, BANTUL–Meskipun kerugian terbesar yang dialami Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan (Diperpautkan) Bantul ada di sektor perikanan budidaya, namun dampak dari Siklon Tropis Cempaka yang melanda DIY akhir November lalu juga berdampak buruk pada sektor perikanan tangkap terpukul. Diperkirakan produksi sektor perikanan tangkap di Kabupaten Bantul turun hingga 10% pada tahun ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Diperpautkan Bantul, Pulung Haryadi mengakui adanya serangan siklon tropis yang bertubi-tubi ini sangat berpengaruh pada hasil tangkapan nelayan. Sebab tak bisa dipungkiri, aktivitas melaut sangat bergantung pada iklim dan cuaca. Sehingga saat alam tidak bersahabat, kemampuan dan lamanya waktu nelayan melaut juga akan merosot drastis.

Apalagi menurut Pulung, lama melaut nelayan Bantul masih cukup singkat dibandingkan daerah lainnya. Dari total 565 nelayan, hanya sekitar 15 nelayan yang mampu melaut hingga dua hari atau menginap. Selain itu, Pulung menyebut ada kendala-kendala teknis yang dialami para nelayan seperti penggunaan alat yang kurang tepat sehingga mudah rusak dan lain sebagainya. “Hal itu yang akan kami dorong, mengembangkan sisi SDM nelayan,” katanya, Senin (11/12/2017).

Karena beberapa kendala tersebut, Pulung memperkirakan produksi sektor perikanan tangkap bakal turun hingga 10% pada 2017 ini. Ditambah lagi dengan kerugian yang dialami sektor perikanan budidaya yang mencapai Rp1,8 miliar akibat hanyutnya ikan akibat banjir dan rusaknya infrastruktur. “Sektor perikanan kita [Bantul] mengalami penurunan yang cukup signifikan karena perikanan budidaya,” imbuhnya. Seperti yang diketahui total ada ratusan kolam yang terdampak musibah banjir beberapa waktu yang lalu, terutama kolam tanah dan terpal.

Sementara itu, Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Syarief Widjadja menyatakan hal senada. Menurutnya ada fluktuasi hasil tangkapan ikan akibat dampak siklon tropis ini. Namun ia menyebut itu merupakan hal yang wajar terjadi karena melaut sangat bergantung pada kondisi alam. Selain adanya siklon, pengaruh iklim dan temperatur air laut yang naik juga sering jadi kendala yang dihadapi para nelayan. Meskipun demikian Syarief mengklaim hal itu tidak akan berdampak banyak pada total produksi perikanan tangkap. Sebab saat produksi di satu titik turun akan ditutupi produksi di titik lain yang meningkat. “Tren peningkatan jumlah ikan tangkapan juga mulai terlihat di akhir tahun ini,” ujarnya.

Lebih lanjut Syarief menambahkan kendala utama yang masih dihadapi nelayan adalah masalah logistik, bagaimana membawa ikan dari tempat pendaratan ke konsumen dengan cepat sehingga kesegaran ikan terjaga. Pasalnya ikan yang segar akan dihargai lebih mahal, hal itu didasarkan atas tuntutan konsumen agar ikan masih segar saat dikonsumsi. Sedangkan dengan kondisi sekarang, urusan logistik untuk membawa hasil tangkapan ini masih butuh waktu lama hingga puluhan jam.

Akibatnya saat sampai di tangan konsumen ikan tak lagi segar atau bahkan banyak yang mati. Oleh sebab itu, pihaknya mendorong pemanfaatan pelabuhan yang ada dengan sebaik-baiknya. Menurutnya konektivitas antar titik jadi salah satu solusi untuk menekan mahalnya biaya logistik yang selama ini menjadi beban nelayan. “Di DIY ini kami juga mendorong Pelabuhan Tanjungadikarta segera selesai dibangun dan dapat dimanfaatkan para nelayan. Itu bukan lagi ranah kami tapi Kementerian Pekerjaan Umum,” tuturnya.

Kendala permodalan juga menjadi sorotan lainnya. Maka Syarief menuturkan ada 203 debitur di DIY yang terfasilitasi lewat kerjasamanya dengan pihak perbankan dalam mengurus permodalan untuk kegiatan penangkapan ikan di laut. Ia juga menggandeng Badan Layanan Umum (BLU) Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) untuk memberikan skim dengan bunga 4% kepada para nelayan. (Rheisnayu Cyntara)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya