SOLOPOS.COM - Ilustrasi breaking news Covid-19. (Freepik)

Solopos.com, SOLO – Informasi yang beredar di Internet selama pandemi Covid-19 bisa dibilang seperti tidak terbendung. Sayangnya, tidak semua informasi itu akurat dan dapat dipertanggungjawabkan atau dikenal dengan istilah infodemik.

Meski demikian, keberlimpahan informasi tersebut tidak bisa dihindari dan masih saja dipercaya sejumlah pihak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sejak awal pandemi, Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyebut informasi yang menyesatkan terkait Covid-19 atau disebut infodemik lebih berbahaya daripada wabah Covid-19. Apalagi kebanyakan infodemik yang beredar di tengah pandemi bertema kesehatan.

Pasien Covid-19 Kabur dari RS Moewardi: Keluarga Tak Tahu Hasil Swab-nya

Ekspedisi Mudik 2024

Kemajuan teknologi digital yang begitu pesat bisa menyebarkan infodemik dengan cepat, bahkan bisa lebih cepat dari persebaran virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Infodemik bisa diartikan sebagai informasi berlebihan terkait suatu masalah yang meresahkan publik lantaran sulit dibedakan antara yang benar dan salah. Ironisnya, infodemik yang viral dan menghebohkan bisa diciptakan oleh semua orang, termasuk pernyataan pemerintah maupun narasi berita di media massa.

Seperti pada awal pandemi Covid-19 yang membuat segala jenis empon-empon laku keras di pasaran. Hal ini terjadi karena pernyataan sejumlah pihak, termasuk Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang mengklaim jamu efektif menangkal Covid-19.

Soloraya Masih Zona Oranye Covid-19, Ingat Pandemi Tak Kenal Libur

Jamu

Pada kenyataannya meminum jamu memang dapat meningkatkan sistem imun tubuh manusia. Namun, tidak secara spesifik jamu dapat menangkal penularan Covid-19.

Mengingat bahaya infodemik yang luar biasa, hampir setiap redaksi media massa membentuk tim cek fakta, salah satunya seperti diterapkan di Solopos. Tim cek fakta yang beranggotakan enam orang ini bertugas mengecek dan meluruskan infodemik yang berkembang di media sosial.

"Tim cek fakta ini dibentuk untuk meluruskan infodemik yang beredar. Infodemik itu bisa jadi hoaks kalau dibiarkan begitu saja dan sangat berbahaya jika dipercaya masyarakat," terang Cahyadi Kurniawan, anggota tim cek fakta di redaksi Solopos pertengahan Oktober 2020 lalu.

Jurnalisme yang profesional semestinya menyiarkan informasi yang faktual dan terverifikasi di tengah pandemi Covid-19. Sebab media massa merupakan ujung tombak pemberitaan untuk mengedukasi sekaligus membangkitkan optimisme publik.

Pria Sleman Ditemukan Meninggal di Mobil di Tepi Jalan Colomadu Karanganyar

Hasil Studi

Hasil studi dari Reuters Institute menemukan fakta 60% responden di enam negara dunia mengakui media massa berbasis jurnalisme membantu mereka memahami situasi pandemi Covid-19 karena informasi yang disampaikan jauh lebih akurat ketimbang di media sosial. Hasil penelitian ini dikutip oleh Pollack et.al dalam jurnal bertajuk Journalism, Press Freedom and Covid-19 yang diterbitkan pada 2020.

Memang sudah menjadi tugas jurnalis melakukan pengecekan fakta terkait kebenaran informasi yang beredar untuk mengedukasi dan meluruskan kesalahpahaman di masyarakat.

Pajero Sport Ugal-Ugalan di Jalanan Solo Ternyata Milik Warga Kartasura

Proses Cek Fakta

Adapun upaya jurnalis menangkal infodemik dibagi dalam dua proses, yaitu penelusuran fakta dan penerbitan laporan cek fakta.

Proses penelusuran fakta terkait infodemik yang beredar dimulai dengan memantau isu yang berkembang disertai peredaran informasi di media sosial. Pada praktiknya menyisir hoaks setiap hari memiliki tantangan tersendiri lantaran banyak beredar di grup Whatsapp, media sosial, serta beragam platform digital lainnya.

Infodemik kerap kali menyebar dalam bentuk teks, gambar, maupun audiovisual. Sementara proses untuk memastikan kebenaran informasi tersebut membutuhkan waktu panjang dan proses yang menantang.

Ada sejumlah perangkat digital yang digunakan seperti Google Reverse Image untuk mengecek keaslian gambar serta aplikasi Fake News Debunker untuk menganalisis konten berupa video.

Kaki Terluka, Eko Dijemput Karyawan di Bank Dekat Toko Bangunan Setelah Bakar Yulia

Pengecekan fakta juga bisa dilakukan menggunakan fitur Google Earth untuk memastikan lokasi. Sementara carra untuk memeriksa keaslian akun media sosial yang dipakai menyebar infodemik bisa memakai aplikasi twopcharts.com, Intelligence X, hingga Followerwonk.

Semua proses debunking hoax ini memiliki sederet tantangan lantaran membutuhkan kejelian, khususnya dalam memperhatikan gambar serta video beresolusi rendah yaang beredar di media sosial.

"Proses pengecekan fakta terkait infodemik membutuhkan waktu yang panjang. Kami sebagai jurnalis harus jeli dalam melakukan verifikasi," terang Jafar Shodiq, jurnalis Solopos.com anggota tim cek fakta, pertengahan Oktober 2020 lalu.



Solusi

Proses pengecekan fakta terkait infodemik ini dilakukan demi memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Apalagi media massa menjadi salah satu sumber informasi terpercaya yang bisa diandalkan masyarakat sekaligus sarana keberhasilan mengatasi pandemi.

"Di Selandia Baru, negara yang sukses menangani Covid-19, medianya jadi bagian solusi. Bukan mendukung pemerintahnya tapi eksistensi terhadap bangsa itu. Ini membangunkan kesadaran baru, ada kolaborasi intens antara media dengan Satgas Covid-19 bersama-sama cari jalan menyelamatkan bangsa ini agar tidak terinfeksi dari Covid-19," terang Suryopratomo yang baru saja dilantik Presiden Jokowi sebagai Dubes Indonesia untuk Singapura, seperti dilansir laman Covid19.go.id, Rabu (28/10/2020).

Pembunuhan Sukoharjo: Kronologi Eko Bakar Jasad Yulia Sampai Minta Dijemput Karyawan

Mengingat banyaknya infodemik yang beredar, para jurnalis berharap masyarakat dapat meningkatkan literasi digital dengan memilah informasi yang diterima.

"Kami berharap literasi digital di tengah masyarakat meningkat. Jangan menerima mentah-mentah informasi dari internet dan media sosial. Pastikan informasi tersebut bisa dipertanggungjawabkan," sambung Jafar Shodiq.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya