SOLOPOS.COM - Warga Desa Sengon, Prambanan, Klaten, mengikuti simulasi penanganan gempa bumi di kawasan Monumen Lindhu Gedhe, Desa Sengon, Kamis (27/5/2021) sore. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN -- Tangis warga Desa Sengon, Kecamatan Prambanan, Klaten, pecah saat mengikuti simulasi penanganan gempa bumi sebagai salah satu rangkaian refleksi 15 tahun gempa 2006, Kamis (27/5/2021) sore.

Simulasi digelar di Monumen Lindhu Gedhe, Desa Sengon. Kegiatan tersebut digelar pemerintah Desa Sengon, sukarelawan desa, akademisi, serta didampingi BPBD Klaten.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Para peserta simulasi mempraktikkan standard operating procedure (SOP) penanganan gempa bumi di Desa Sengon menyesuaikan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

Baca Juga: Tinggi Banget, Persentase Kematian Pasien Covid-19 Klaten Jauh Lampaui Angka Nasional

Simulasi penanganan korban gempa bumi itu diikuti kaum ibu yang mengikuti bimbingan teknis wanita tangguh bencana di Sengon, Klaten. Simulasi diawali dengan membunyikan kentungan sebagai penanda terjadi gempa bumi.

Kaum ibu yang mengikuti bimbingan teknis lantas melakukan evakuasi mandiri, bersembunyi pada kolong kursi. Mereka dipandu sukarelawan mengenakan alat pelindung diri, lalu warga digiring keluar ruangan.

Saat keluar ruangan dan duduk di tempat aman, warga diimbau menjaga jarak. Di tengah simulasi itu, sebagian ibu tak kuasa menahan tangis lantaran kembali mengingat peristiwa gempa 15 tahun lalu yang ikut mengguncang wilayah Sengon.

Baca Juga: Waduh! Klaster Covid-19 Plosoarum Klaten Tambah 10 Kasus Lagi, Total Jadi 67

Tiba-Tiba Bergetar

“Mbah putri saya kena rumah [tertimpa reruntuhan] langsung meninggal dunia, saya sangat sedih. Rumah tetangga pada roboh,” kata Purwanti, 40, warga Dukuh Tegalsari, Desa Sengon, Klaten, di sela simulasi penanganan gempa.

Purwanti mengatakan saat gempa bumi 15 tahun lalu, ia berada di dalam rumah bersama anaknya. Purwanti bersama anaknya spontan berlari meninggalkan rumah ketika tanah tiba-tiba bergetar.

Warga Dukuh Gedong, Desa Sengon, Sulasmi, 52, mengatakan saat kejadian anaknya tertimbun reruntuhan rumah hingga kakinya tak bisa digerakkan.

Baca Juga: Mengenang Kisah Pilu 15 Tahun Lalu

“Selang sebulan kaki anak saya baru bisa digerakkan. Waktu itu saya mengungsi selama satu tahun di tenda yang didirikan di dekat rumah. Setelah satu tahun itu mendirikan rumah gedek,” tuturnya yang juga ikut dalam simulasi penanganan gempa di Klaten itu.

Sekretaris BPBD Klaten, Nur Tjahjono Suharto, mengatakan dalam beberapa kali simulasi, masih ada rasa trauma yang dialami warga. Hal itu tak lain lantaran besarnya dampak gempa bumi 15 tahun silam.

Selain merobohkan rumah, gempa bumi 2006 menyebabkan sekitar 1.100 warga Klaten menjadi korban jiwa. “Dalam beberapa simulai, masih ada trauma dari masyarakat. Karena juga masih terbayang beberapa kerabat serta tetangga meninggal dunia,” kata Nur.

Baca Juga: Rem Blong, Bus Jogja-Solo Tabrak Tiang Hingga Nangkring Di Pagar Pembatas Jalan Klaten

Kesiapsiagaan

Nur mengatakan simulasi bencana gempa bumi menjadi bagian penting sebagai upaya untuk meningkatkan kesiapsiagaan warga Sengon, Klaten. Terlebih Klaten berada pada sesar aktif dan gempa bumi hingga kini tak bisa diprediksi kapan terjadi.

Nur menuturkan simulasi kerap digelar terutama di desa-desa yang sudah dibentuk menjadi desa tangguh bencana (Destana). Saat ini ada 10 Destana di Klaten. Setidaknya, sekali dalam setahun Destana menyimulasikan kejadian bencana sesuai potensi wilayah masing-masing.

Ada simulasi penanganan erupsi Gunung Merapi, banjir, hingga, gempa bumi. Nur mengatakan masing-masing Destana sudah memiliki SOP ketika terjadi bencana.

Baca Juga: Banyak Guru Belum Disuntik Vaksin Covid-19, PTM Klaten Bisa Digelar Juli?

Lantaran dalam kondisi pandemi Covid-19, masing-masing desa diminta bisa menyiapkan SOP yang disesuaikan standar protokol pencegahan Covid-19 saat simulasi penanganan gempa di Klaten.

“Tahun ini memang baru Sengon yang memiliki SOP risiko gempa bumi berbasis protokol pencegahan Covid-19. SOP ini baru pilot project dan dibuat bekerja sama dengan UGM,” katanya.

Selain simulasi, Nur juga mengatakan pendirian bangunan diimbau menyesuaikan rumah berstandar tahan gempa. “Pendirian rumah berstandar gema ini menjadi tantangan Selama ini kami memaksimalkan dan melatih tukang dan mandor rumah agar bisa mendirikan rumah berstandar gempa,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya