SOLOPOS.COM - Ilustrasi banjir bandang yang melanda Kabupaten Cilacap. (Freepik)

Solopos.com, CILACAP — Sebanyak 260 rumah warga tiga desa di dua kecamatan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah (Jateng) diterjang banjir bandang pada Rabu (27/10/2021) petang. Ketiga desa itu yakni Desa Wanarejo dan Limbangan di Kecamatan Wanarejo, dan Desa Salebu di Kecamatan Majenang.

Berdasarkan keterangan resmi yang diperoleh Solopos.com dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis (28/10/2021), banjir bandang itu terjadi pada Rabu petang sekitar pukul 17.45 WIB. Tak ada korban jiwa dalam bencana banjir bandang itu, meski demikian sejumlah bagunan dikabarkan mengalami kerusakan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, banjir bandang itu terjadi akibat dipicu hujan dengan intensitas tinggi disertai petir yang melanda wilayah tersebut. Curah hujan yang tinggi itu pun membuat debit air di Sungai Cigeugeumah dan Sungai Cilacap meluap 15-100 sentimeter (cm). Selain meluapnya debit air sungai, banjir bandang juga dipicu terjadinya longsor di beberapa lokasi.

Baca juga: Bencana Langkisau Lumat Rumah di Cilacap

“Akibat bencana itu, sekitar 260 kepala keluarga terdampak banjir, sedangkan 4 KK atau 17 jiwa terdampak tanah longsor. Kerugian material menyasar 260 unit rumah, kios pasar rusak berat 1 unit, dan 10 unit lainnya masih dalam pendataan tingkat kerusakan. Selain itu, infrastruktur jembatan dilaporkan rusak ringan dan jalan di kompleks Pasar Karanggedot rusak sepanjang 100 meter. Saluran irigasi di wilayah tersebut sebagian juga jebol,” tulis Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi BNPB, Abdul Muhari, dalam keterangan tertulis, Kamis.

Menyikapi kejadian bencana itu, BPBD Cilacap mengimbau warga untuk lebih waspada terhadap potensi bahaya hidrometeorologi basah seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang. BPBD merekomendasikan apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi, warga segera mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Sementara itu, menghadapi dampak fenomena La Nina, BPBP telah merekomendasikan kepada BPBD di seluruh Indonesia untuk mengimbau masyarakat lebih waspada. Dampak La Nina, menurut BNPB bisa menyebabkan intensitas bencana hidrometeorologi yang meningkat.

“Berdasarkan informasi BMKG, potensi La Nina dapat terjadi pada periode Oktober 2021 sampai dengan Februari 2022. Fenomena ini merupakan anomali iklim global yang dapat memicu peningkatan curah hujan. Puncak musim hujan juga diprediksi akan dominan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2022,” imbuhnya.

Baca juga: Puluhan rumah di Cilacap terendam banjir

Catatan historis menunjukkan bahwa La Nina pada 2020 lalu menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi curah hujan bulanan di Indonesia hingga 20 persen sampai dengan 70 persen dari kondisi normalnya. Peningkatan curah hujan ini berpotensi memicu terjadinya bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang.

Pada 22 Oktober 2021 lalu, Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Prasinta Dewi, telah meminta BPBD provinsi untuk menyikapi potensi ancaman terkait dengan fenomena La Nina tersebut. Beberapa langkah kesiapsiagaan direkomendasikan untuk ditindaklanjuti hingga ke tingkat kabupaten dan kota sehingga masyarakat dapat selamat dari ancaman bahaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya