SOLOPOS.COM - Kuli gendong Pasar Legi Solo, Suminah, membawa dagangan untuk diantarkan ke pedagang di dalam bangunan baru pasar tersebut, Selasa (11/1/2022). (Solopos.com/Afifa Enggar Wulandari)

Solopos.com, SOLO — Sejumlah kuli gendong Pasar Legi Solo mengeluhkan kondisi tangga yang tinggi di bangunan baru sehingga menyulitkan saat harus naik turun membawa barang berat. Mereka harus mengeluarkan tenaga ekstra yang membuat cepat lelah.

Keluhan itu disampaikan salah seorang kuli gendong Pasar Legi, Ngadimin. Pantauan Solopos.com, Selasa (11/1/2022) pukul 02.30 WIB, ia bersama 12 kawannya membongkar muatan kentang dari dalam bak truk untuk diantarkan ke lapak pedagang.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Saat mengantar muatan kentang pagi itu, Ngadimin bersama kawan-kawannya sesama kuli gendong harus naik turun tangga dengan jarak cukup jauh. Mereka harus mengeluarkan tenaga yang lebih besar sebab anak tangga bangunan baru itu terlalu tinggi.

Baca Juga: Baru 70% Pedagang Pasar Legi Solo Pindah dan Jualan di Bangunan Baru

“Kalau tempatnya lebih rekasa [sulit] sekarang, agak jauh, memang sebelumnya tempatnya juga di bawah, cuma sekarang anak tangganya terlalu tinggi,” kata Ngadimin saat ditemui Solopos.com di bangunan baru Pasar Legi Solo, Selasa (11/1/2022).

Kuli gendong Pasar Legi Solo itu menambahkan tenaga kuli akan lebih ringan andaikan pembangunan anak tangga dibuat lebih landai. “Ya lebih ringan kalau anak tangganya lebih landai,” katanya.

Berdasarkan pantauan Solopos.com, dengan ketinggian tembok per lantai hampir 3 meter dan jumlah anak tangga sebagai penghubung antarlantai di Pasar Legi berjumlah 10 tangga. Hal tersebut menurut para kuli gendong cukup memberatkan proses pengangkutan barang mereka.

Baca Juga: Tak Perlu Bingung di Pasar Legi Solo, Seperti Ini Pembagian Zonasinya

Menggeh-Menggeh

Senada dengan Ngadimin, buruh gendong lainnya, Suminah, juga merasa kesulitan saat harus naik turun anak tangga bangunan baru Pasar Legi Solo yang menurutnya cukup tinggi. Dengan wajah memerah dan napas tersengal-sengal, Suminah mengatakan ia merasa keberatan saat harus menggendong dagangan dan naik turun anak tangga.

“Jelas ada bedanya sama dulu, sulit di sini. Ini saya menggeh-menggeh [tersengal-sengal], terutama di tangganya,” kata Suminah, Selasa.

Sambil berteduh, Suminah menceritakan selain mengangkut dagangan dari depan bangunan pasar menuju pedagang di dalam pasar, ia juga mengangkut dagangan dari kendaraan. Artinya, butuh tenaga lebih lagi baginya untuk menyelesaikan tugasnya.

Baca Juga: Inspeksi Pasar Legi Solo, Gibran Perintahkan Semua Pedagang Masuk

“Biasanya juga [angkut barang] dari bus sampai dalam [pasar], itu tadi dari bus, makanya saya istirahat di tangga situ,” katanya.

Sementara itu, kuli gendong lain, Giyem, yang sejak 1982 sudah menjadi buruh gendong di Pasar Legi Solo, mengeluh kakinya sudah tak sekuat dulu. Apa lagi saat ia harus naik turun anak tangga dan menggendong muatan pedagang.

“Ini lho kakinya sudah enggak kayak dulu, apa lagi naik turun,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya