SOLOPOS.COM - Pelaksanaan Sosialisasi Budidaya Maggot Solusi Alternatif Pengurangan Sampah bagi Komunitas Peduli Sungai dan Taman Sungai oleh DLHK Klaten di Lumpang Tjokro, Wangen, Polanharjo, Klaten, Kamis (22/10/2020). (Solopos.com/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN — Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Klaten bakal menggandeng pembudidaya maggot black soldier fly (BSF) atau belatung lalat tentara hitam guna mengurai sampah organik di pasar tradisional di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Sesuai rencana, belatung BSF akan dipakai untuk mengurai sampah di Pasar Srago, Kecamatan Klaten Tengah dan Pasar Pedan, Kecamatan Pedan.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Upaya mengurai sekaligus mengurangi sampah di tingkat hulu itu menjadi salah satu poin penting saat digelar acara bertajuk Sosialisasi Budidaya Maggot Solusi Alternatif Pengurangan Sampah bagi Komunitas Peduli Sungai dan Taman Sungai oleh DLHK Klaten di Lumpang Tjokro, Desa Wangen, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Kamis (22/10/2020).

Acara itu dibuka Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Dampak Lingkungan DLHK Klaten, Dwi Maryono. Hadir di acara tersebut sejumlah sukarelawan dan pegiat sekolah sungai di Klaten. Selama acara berlangsung terdapat tiga pembicara yang berbicara soal maggot.

Ekspedisi Mudik 2024

Masing-masing, Kepala Desa (Kades) Joho, Kecamatan Prambanan, Yulis Tanto berbicara tentang Siklus Hidup Lalat; Jumar Santosa berbicara tentang Dampak Lalat BSF Terhadap Lingkungan; Danang Heri Subiantoro berbicara tentang Pembuatan Pakan Alternatif dari Maggot.

Bantuan PKH di Gilirejo Sragen Dipotong Uang Bensin, Kades Beri Penjelasan

"Di Klaten tercatat ada 130 peternak [maggot BSF]. Dari jumlah itu, 80 peternak memiliki kegiatan aktif. Satu peternak yang budidaya maggot ada yang membutuhkan sampah organik 4-6 kuintal per hari. Di antara peternak itu sudah ada yang menyerap sampah organik di Pasar Srago dan di Pasar Pedan. Dua pasar inilah yang akan dijadikan skala prioritas atau pun percontohan penanganan sampah dengan mengoptimalkan maggot [khusus sampah organik]," kata Dwi Maryono, saat ditemui wartawan di Lumpang Tjokro, Wangen, Polanharjo, Klaten, Kamis (22/10/2020).

Jumlah Sampah

Dwi Maryono mengatakan di Pasar Srago terdapat empat orang penyerap sampah organik. Setiap harinya, sampah organik di Pasar Srago mencapai 7 kuintal.

Sedangkan di Pasar Pedan sudah terdapat satu komunitas penyerap sampah organik. Satu komunitas itu berjumlah 18 orang. Sampah organik yang dihasilkan di Pasar Pedan mencapai 3-5 kuintal per hari.

Lahan Diukur, Pembangunan New Kemukus Sragen Segera Dimulai

"Kami akan fasilitasi pembudidaya maggot itu dengan bantuan sarana dan prasarana (sapras), seperti kendaraan roda tiga nantinya. Memang, budidaya maggot ini dapat membantu mengurangi sampah dan bisa menghasilkan pendapatan [menjadi bagian menyelesaikan sampah di hulu]. Jika semua sudah selesai di hulu seperti itu, harapannya sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) Troketon, Pedan berkurang separuhnya. Sampah yang dibuang ke TPA Troketon setiap harinnya mencapai 70 ton," katanya.

Kepala Desa (Kades) Joho, Kecamatan Prambanan, Klaten, Yulis Tanto, mengatakan di desanya sudah mulai menerapkan mengurai sampah dengan mengoptimalkan maggot BSF. Tak hanya mengurai sampah organik, cara tersebut juga bisa mendatangkan pendapatan bagi pembudidayanya.

"Dalam budidaya maggot, bisa juga dikoordinasokan dengan pemdes [harga telur maggot di pasaran senilai Rp8.000 per gram]," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya