SOLOPOS.COM - Logo Kabupaten Sleman. (JIBI/Harian Jogja/Dok)

Ruang Smart Room tersebut dioptimalisasikan sebagai ruang monitoring kondisi kewilayahan

Harianjogja.com, SLEMAN-Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial Kabupaten Karangasem, Bali yang terdiri dari 24 orang pejabat dan Forkopimda, melakukan studi banding ke Kabupaten Sleman, Jumat (24/11/2017). Tim tersebut dipimpin Bupati Karangasem yang diterima Bupati Sleman di Smart Room lantai tiga Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sleman.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bupati Karangasem, Bali I Gusti Ayu Mas Sumatri mengatakan, tujuan kunjungannya ke Sleman untuk memperoleh informasi tentang upaya-upaya yang dilakukan Pemkab Sleman dalam menangani konflik sosial dan SARA. “Informasi ini akan kami pergunakan sebagai masukan, agar Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial Kabupaten Karangasem memiliki wawasan yang lebih luas dalam mengupayakan dan menciptakan stabilitas daerah,” tuturnya kepada wartawan.

Ekspedisi Mudik 2024

Sumatri menyampaikan, tantangan stabilitas keamanan, ketentraman dan ketertiban di wilayahnya meliputi faktor internal dan eksternal. Terlebih saat ini Karangasem sedang mengalami bencana pra erupsi Gunung Agung yang mengakibatkan 139.000 jiwa masyarakatnya harus mengungsi. “Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi stabilitas daerah sering dibahas dalam rapat Forkopimda dengan memberi masukan pada Komunitas Intelijen Daerah secara timbal balik,” tambahnya.

Sementara, Bupati Sleman, Sri Purnomo dalam kesempatan tersebut menyampaikan, penyelesaian konflik di Kabupaten Sleman salah satunya dengan melakukan pertemuan di Smart Room. Smart Room merupakan salah satu fasilitas yang dimiliki dalam menjalankan Crisis Management dengan dilengkapi infrastruktur yang diperlukan.

Dengan smart room tersebut, katanya, jajaran tinggi pemerintah kabupaten/kota bersama-sama dengan tim melakukan meeting, mengambil keputusan, menugaskan, mengoordinasi, memonitor, dan mengontrol seluruh tindakan yang diperlukan sebagai respons terhadap krisis atau permasalahan yang dihadapi.

“Respons ini meliputi tindakan tanggap darurat, action plan untuk perbaikan dan pemulihan, langkah pengadaan, dan langkah penyediaan informasi publik,” kata Sri.

Ruang Smart Room tersebut dioptimalisasikan sebagai ruang monitoring kondisi kewilayahan, ruang monitoring penerapan sistem informasi, ruang koordinasi pengendalian pembangunan, dan ruang koordinasi Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Selain itu ruang ini menangani aduan dan keluhan masyarakat, ruang pembelajaran teknologi informasi, ruang media center pada saat kedaruratan, serta ruang video conference antara jajaran Pemkab Sleman dengan masyarakat.

“Erupsi Gunung Agung yang dialami Karangasem juga pernah dirasakan warga Sleman saat Erupsi Gunung Merapi. Kami juga melakukan pantauan aktivitas Gunung Merapi melalui Smart Room ini,” terang Sri.

Dia menambahkan, baik Sleman maupun Karangasem mempunyai banyak kemiripin. Selain sama-sama daerah wisata dan memiliki gunung api, kedua kabupaten ini ini juga dikenal memiliki buah salak sebagai komoditas. Di sela-sela kunjungan, Sri menyampaikan pujiannya kepada Kabupaten Karangasem yang mampu menjaga harga komoditas salak seperti halnya salak bali yang harganya stabil dan jauh lebih mahal dibanding salak pondoh asli Sleman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya