SOLOPOS.COM - Sejumlah petani memupuk dan merawat tanaman aren di kebun kelompok Sari Aren Desa Pagerharjo, Samigaluh, Kulonprogo, Kamis (6/12/2012). (JIBI/Harian Jogja/Nina Atmasari)

Sejumlah petani memupuk dan merawat tanaman aren di kebun kelompok Sari Aren Desa Pagerharjo, Samigaluh, Kulonprogo, Kamis (6/12/2012). (JIBI/Harian Jogja/Nina Atmasari)

Memelihara pohon memang tidak bisa langsung dirasakan manfaatnya. Meski demikian, warga Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kulonprogo dengan semangat memelihara pohon aren. Semangat melestarikan lingkungan dan menyediakan bekal bagi anak cucu melatarbelakangi tindakan merea.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ngatiman, 60, dengan semangat memanggul karung berwarna putih melewati pematang sawah. Tenaganya tak lagi muda, namun ia tidak mau kalah dengan petani lain yang masih muda, memanggul pupuk kandang itu ke kebun kelompok yang berjarak 500 meter dari rumahnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Setiba di semak-semak lebat tengah persawahan, ia menuju ke sebatang pohon aren. Tanaman yang sudah setinggi lebih dari lima meter itu dibersihkannya dengan memotong daun kering. Ia juga membersihkan rumput yang tumbuh di sekitar tanaman.

Selanjutnya, Ngatiman menabur pupuk kandang yang dibawanya ke sekeliling tanaman aren tersebut. “Kalau dipelihara dengan baik seperti ini, ternyata pertumbuhannya cepat, tidak menyangka sudah setinggi ini,” ungkap Ngatiman.

Puluhan petani Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kulonprogo, Kamis (6/12/2012), menggelar pemupukan massal pada tanaman aren di kebun kelompok Sari Aren di Dusun Jobolawang. Tidak hanya memupuk, mereka juga membersihkan rumput yang mengganggu tanaman aren.

Ketua Kelompok Sari Aren, Sukirjo, 55, menjelaskan kelompok itu memelihara 47 batang tanaman aren yang telah ditanam pada Desember 2006. Pemeliharaan dengan pemupukan dua kali setahun, saat mulai musim hujan dan di akhir musim hujan. Pupuk itu berupa pupuk kandang yang diambil dari hasil ternak para petani tersebut.

Kini di usia enam tahun, tanaman telah setinggi lebih dari lima meter. Sukirjo menuturkan, tanaman ini nantinya akan dimanfaatkan anggota kelompok yang terdiri 25 orang, yakni diambil niranya untuk dibuat gula aren. Namun, meski memelihara, nantinya tidak semua petani bisa ikut menikmati hasil tersebut.

Sukirjo menguraikan nira tanaman aren itu baru akan bisa dipanen mulai usia 20 tahun. “Jadi, nanti yang akan menikmati tanaman ini adalah anak cucu kami. Mungkin ada beberapa petani ini, yang masih muda, bisa ikut menikmati,” ujarnya.

Panen pada usia 20 tahun itu dianggap cepat, karena kebanyakan tanaman aren setempat baru bisa dipanen mulai usia 25 tahun hingga 50 tahun. Pemeliharaan tanaman menjadi kunci utamanya.

Ia menyebutkan hampir semua petani di desa itu memiliki tanaman aren di kebun. Tanaman itu lazimnya hanya tumbuh liar bukan sengaja ditanam.

Petani saat ini hanya tinggal memanfaatkan dengan mengambil nira untuk gula aren. “Sekarang kami merasakan sendiri menanam, agar hasilnya bisa dinikmati anak cucu,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya