SOLOPOS.COM - Seorang warga menunjukkan foto yang diambil saat resepsi pernikahan Riyani dan Bernardinus Setyo Tri Priyanto, di kediaman yang terkena longsor, Sabtu (25/11/2017) pagi. (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Bencana tanah longsor yang menimpa kediaman Subarjo, di Dusun Ngruno, Desa Karangsari, Kecamatan Pengasih, menyisakan duka mendalam.

Harianjogja.com, KULONPROGO- Bencana tanah longsor yang menimpa kediaman Subarjo, di Dusun Ngruno, Desa Karangsari, Kecamatan Pengasih, menyisakan duka mendalam. Duka yang hadir tiba-tiba pada Sabtu dinihari itu, menjadi sembilu bagi keluarganya, terutama si sulung.

Promosi Tragedi Kartini dan Perjuangan Emansipasi Perempuan di Indonesia

Rumah yang bagian dinding luarnya belum sempat diplester itu, belum lama berdiri. Baru sekitar tiga tahun lalu, tumpukan batako rapi dan material bangunan lainnya selesai tersusun, membentuk sebuah rumah dengan desain sederhana.

Kendati belum terlihat sempurna, dinding dalam rumah telah dicat dengan warna biru muda. Sang tuan rumah, Subarjo membagikan kisahnya. Sekitar pukul 01.30 WIB, seluruh penghuni rumah sedang tertidur pulas.

Namun kemudian, Subarjo terbangun, ia mendengar suara gemuruh, diikuti dentuman keras. Rasa kekhawatiran seorang ayah menuntunnya segera mengecek kamar anak-anaknya. Kali pertama, ia membuka kamar anak bungsunya. Lelaki berusia 65 tahun itu, terperanjat. Si bungsu Riyo Praditya Andika Diotama, sudah tertimbun tanah longsor dari tebing, yang berjarak semeter dari dinding rumah. Ia langsung mencoba menarik tubuh si kecil, dan mendapati anak berusia 12 tahun itu sudah mengalami luka di bagian kepalanya.

Kemudian ia mengecek kamar anak dan menantunya, ternyata si sulung Riyani sudah terdorong hingga terjepit di antara almari. Sang menantu, Bernard, tertimbun lumpur.

“Kejadiannya cepat, setelah mencoba menyelamatkan anak-anak, saya berteriak minta tolong,” kata dia, Sabtu pagi.

Di rumah Subarjo itu, kami juga bertemu dengan Sudi, ia adalah salah seorang warga yang membantu mengevakuasi pasangan pengantin tersebut. Sudi menuturkan, mengungkapkan, ketika mendengar teriakan pemilik rumah, warga berbondong-bondong datang dan mencoba menolong korban.

Ketika ia sampai di sini, batu dari tembok yang rusak, yang menimpa kaki Bernard sudah disingkirkan. Kemudian, warga bersama-sama mencoba membersihkan tanah dari atas tubuh kedua pengantin baru itu, agar lebih mudah dievakuasi.

“Saat saya mencoba mengangkat tubuh si suami, sebetulnya saya melihat tangannya sudah kaku. Sang istri mencoba membantu mengurangi tanah yang menimpa tubuh suaminya, ia melakukannya sambil menangis,” kenang Sudi.

Ia tak berani mengungkapkan apapun tentang kondisi sang suami, yang baru saja meminang Riyani sekitar satu bulan lalu itu. Ia dan warga lainnya memutuskan langsung mengantarkan korban ke Rumah Sakit Umum Daerah Wates, untuk diperiksa, sekaligus memastikan kondisinya.

Kadus Ngruno, Suryadi mengatakan, tebing yang berada tak jauh dari rumah itu, sengaja diratakan karena lahan di bawahnya akan dibangun rumah Subarjo. Setelah itu, satu bulan kemudian, tebing setinggi kurang lebih delapan meter itu kembali diratakan. Karena akan digunakan untuk mendukung acara hajatan pernikahan Riyani dan Bernard.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya