SOLOPOS.COM - Kawasan sesar opak di Dusun Kembangsongo, Trimulyo, Jetis, Bantul merupakan kawasan bersejarah yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat dan hingga saat ini masih banyak oknum-oknum yang melakukan penambangan batu di kawasan tersebut. Foto diambil senin (11/4/2016). (Yudho Priambodo/JIBI/Harian Jogja)

Tambang batu andesit di Kulonprogo seringkali menimbulkan konflik sosial dengan warga setempat

Harianjogja.com, KULONPROGO-Perusahaan penambang batu andesit yang banyak beroperasi di daerah Kulonprogo diminta mampu melakukan penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat setempat secara maksimal.

Promosi Mi Instan Witan Sulaeman

(baca juga : TAMBANG BATU ANDESIT : Dilema Penambangan, Antara Peningkatan Ekonomi dan Konflik Sosial)

Hal ini menjadi satu opsi agar keuntungan aktivitas penambangan ini mampu meningkatkan perekonomian masyarakat Kulonprogo.

“Daerah harus mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dari kegiatan penambangan,” ujar Ajruddin Akbar, anggota Komisi II DPRD Kulonprogo, Senin (8/8/2016).

Pasalnya, selama ini aktivitas pertambangan terbukti memberikan dampak infrastruktur khususnya kepada akses jalan. Hal inilah pulalah yang kemudian menghasilkan berbagai gejolak dari masyarakat sebagaimana terjadi di Sidomulyo dan Blubuk.

Penyerapan tenaga kerja dari masyarakat setempat juga bisa menjadi salah satu keuntungan untuk warga. Pasalnya, wargalah yang mengalami kerugian akibat sejumlah aktivitas penambangan yang dilakukan.

Selama ini, masyarakat dua lokasi penambangan hanya mendapatkan keuntungan berupa kontribusi CSR untuk setiap ritase yang diangkut. Sementara warga yang berdiam di kawasan yang dilintasi kendaraan pengangkut juga mengalami masalah jalan rusak tanpa keuntungan apapun.

Ajrudin mengaskan bahwa Pemkab serta masyarakat Kulonprogo tak boleh hanya sekedar mendapatkan masalah dari aktivitas penambangan saja. Masyarakat harus bisa mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin atas aktivitas yang ada.

Apalagi sebelumnya disebutkan bahwa batu andesit akan semakin diminati jelang keberadaan bandara Temon dan Pelabuhan Tanjung Adikarto.

Kepala Teknik Tambang (KTT) PT Dewata Bumi Nusantara yang beroperasi di Desa Sidomulyo, Pengasih, Kresna Perwira Yudha menyatakan pihak perusahaan telah memberikan kontribusi bagi warga sekitar melalui CSR. Bentuknya berupa dana sebesar Rp2.500 per rit untuk setiap dusun terdampak dan Rp5.000 per rit kepada pemerintah desa.

Selain itu, konstribusi CSR juga diberikan PT Harmak Indonesia kepada masyarakat 3 dusun yakni Dusun Pereng, Gegunung,dan Blubuk, Sendangsari.

Kontribusi yang diberikan sebesar Rp7.000 per ritase. Hal ini sebagaimana yang tertuang dalam kesepakatan yang menutup polemik jalan rusak yang terjadi beberapa waktu belakangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya