SOLOPOS.COM - Petugas dari BBWSBS, DPUPR Klaten, TNI, Polri, warga, dan sukarelawan menambal tanggul Sungai Slegrengan di Dukuh Mawen, Desa Pesu, Wedi, Minggu (7/2/2021) petang. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN -- Warga Dukuh Mawen, Desa Pesu, Kecamatan Wedi, Klaten, mulai menambal tanggul yang jebol dan menyebabkan banjir pada Kamis (4/2/2021) lalu. Pada sisi lain, warga mulai membershkan rumah mereka dari lumpur yang terbawa banjir, Minggu (7/2/2021).

Meski banjir masih menggenangi permukiman dengan ketinggian sekitar lutut orang dewasa, warga mulai membersihkan rumah mereka dari lumpur. Mereka juga menjemur berbagai surat berharga hingga perabot yang sempat basah kena banjir.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sementara itu, tanggul yang jebol mulai ditambal menggunakan beronjong kawat diisi batu serta karung berisi pasir atau tanah. Penambalan menggunakan alat berat itu melibatkan tim gabungan dari Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS), DPUPR Klaten, pemerintah desa, warga, TNI, Polri, serta berbagai organisasi sukarelawan.

Baca Juga: PT KAI Tambah Daya Listrik 5 MW, Rute KRL Jogja-Solo Bakal Sampai Palur?

Penambalan tanggul yang jebol hingga menyebabkan banjir di Pesu, Klaten, itu harus berkejaran dengan cuaca. Kekhawatiran muncul jika hujan deras kembali mengguyur sementara penambalan tanggul belum selesai. Maka banjir berpotensi kembali melanda kawasan itu.

Untuk sementara, menyusul banjir tersebut, akses dari Desa Pesu menuju wilayah Desa Kragilan, Kecamatan Gantiwarno, serta Gedangsari, Gunungkidul masih ditutup. Salah satu warga RT 07/RW 04, Dukuh Mawen, Mardiyoto, mengatakan bersih-bersih rumah sudah ia lakukan sejak Sabtu (6/7/2021).

Mardiyoto menceritakan sempat kesulitan memasuki rumahnya karena kunci pintu rumahnya hilang terbawa banjir. “Akhire munggah gendengan [akhirnya naik genting],” jelas Mardiyoto kepada Solopos.com di rumahnya, Minggu (7/2/2021).

Baca Juga: Hotel Kendedes dan Panti Semedi Klaten Jadi Tempat Isolasi Mandiri Pasien Covid-19

Masih Mengungsi

Mardiyoto menceritakan banjir akibat tanggul jebol di Desa Pesu, Klaten, pada Kamis petang membuat bagian dalam rumahnya kebanjiran setinggi 1 meter. Hingga Sabtu (6/2/2021) malam, Mardiyoto beserta enam anggota keluarganya mengungsi ke Pasar Balong, Desa Kragilan, Kecamatan Gantiwarno, tak jauh dari rumahnya. “Nanti malam kemungkinan masih mengungsi,” jelasnya.

Banjir membasahi surat-surat penting milik keluarga Mardiyoto seperti ijazah, akta kelahiran, dan surat penting lainnya. Selain itu, banjir membuat pagar rumahnya roboh. “Kemarin air masih ada di dalam rumah. Hari ini sudah mulai surut,” ungkapnya.

Kepala Desa Pesu, Budi Hartono, mengatakan penambalan tanggul jebol dilakukan sejak Sabtu. Tanggul Sungai Seglerangan itu jebol sepanjang 20 meter dengan lebar sekitar 4 meter.

Baca Juga: Langgar Prokes, 49 Lapak Pedagang Pasar Solo Kena Sanksi Penutupan Sementara

“Hari pertama kemarin itu memasukkan batu [menutup tanggul jebol]. Batu sampai lima truk belum bisa menutup air atau rata dengan permukaan air. Memang cekungan pada tanggul jebol cukup dalam, lebih dari 3 meter. Akhirnya dikirim batu lagi agar rata dengan permukaan air,” jelasnya.

Budi mengaku tak ada kendala teknis penambalan tanggul yang jebol dan menyebabkan banjir di Desa Pesu, Klaten, tersebut. Apalagi, penambalan mendapatkan dukungan sukarelawan dari berbagai organisasi. Namun, faktor cuaca menentukan kecepatan penambalan tanggul jebol tersebut.

Budi menjelaskan pada Sabtu malam masih ada sekitar 25 keluarga yang mengungsi ke Masjid Al Bashori dekat permukiman warga terdampak banjir. Mereka merupakan warga yang tinggal berdekatan dengan tanggul dengan kondisi rumah masih kebanjiran hingga Sabtu malam.

Baca Juga: Semarang Banjir, 5 KA Jalur Utara Dialihkan Lewat Jogja

10 Rumah

Ia memperkirakan warga yang tinggal sekitar tanggul masih mengungsi pada Minggu malam hingga dua hari mendatang menyusul air masih menggenangi bagian dalam rumah mereka.

“Kemungkinan warga yang tinggal di 10 rumah dekat tanggul masih mengungsi hingga dua hari ke depan. Kondisi rumah masih basah dan belum bisa ditempati. Ketinggian air dalam 10 rumah itu saat ini rata-rata sekitar 5 sentimeter,” jelasnya.

Budi membenarkan ada 52 keluarga warga Desa Pesu, Wedi, Klaten, yang terdampak cukup parah akibat banjir yang disebabkan tanggul jebol tersebut. Dampak itu pada barang serta surat berharga milik warga seperti televisi, sepeda motor, serta sertifikat yang tak bisa terselamatkan saat banjir datang.

Baca Juga: Hari Kedua Jateng di Rumah Saja, Pasar dan Jalan Wonogiri Sepi

“Untuk surat berharga seperti sertifikat sudah saya sampaikan ke bupati agar dipermudah tidak membayar. Untuk jumlahnya, belum ada pelaporan karena hari ini masih fokus pembersihan,” ungkapnya.

Budi mengatakan banjir Pesu baru kali pertama ini terjadi selama puluhan tahun terakhir. Banjir sempat membuat warga bingung, panik, dan ketakutan. “Saya tanya ke ibu saya yang usianya sudah 70 tahun ternyata memang selama ini Pesu tidak pernah kebanjiran. Baru kali ini banjir,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya