SOLOPOS.COM - Calon pembeli asal Bogor sedang memilah udang berdasarkan kualitasnya di tambak udang di Dusun Imorenggo, Desa Karangsewu, Galur pada Jumat (25/3/2016). Kualitas udang ini kemudian menetukan harga jual yang menjadi tawar menawar antar pemilik tambak dan calon pembeli. (Sekar Langit Nariswari/JIBI/Harian Jogja)

Tambak udang Kulonprogo mengalami penurunan hingga 50 persen.

Harianjogja.com, KULONPROGO — Penyakit berak putih menyerang sejumlah tambak udang yang berada di pesisir pantai selatan Kulonprogo. Akibatnya, hasil panen udang menurun drastis hingga 50% dari biasanya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Gelombang laut selatan yang tinggi selama beberapa waktu belakangan tak hanya berdampak bagi para nelayan yang tak jadi melaut. Cuaca buruk ini juga memberikan dampak pada para petambak udang yang harus merugi. Pasalnya, akibat terserang penyakit berak putih maka petambak terpaksa harus memanen udangnya lebih awal.

Sulastri, salah satu pemilik tambak di sisi pantai di Dusun Palihan 2, Palihan, Temon mengatakan bahwa panen dilakukan untuk mencegah kerugian lebih banyak. “Panen lebih awal begini harganya juga tidak maksimal,”ujarnya ditemui di tambaknya, Jumat (29/7). Jumlah yang bisa dipanen pun jauh lebih sedikit dari biasanya serta bibit yang ditebarnya.

Biasanya, ia bisa memanen udang sebanyak 2 ton dari tiap petak tambak seukuran 1500 meter persegi. Namun, kali ini hasil tiap petak hanya mencapai 1 ton. Selain itu, udang tersebut harusnya dipanen ketika berukuran 100 agar bisa diekspor. Namun, penyakit berak putih membuat udang terpaksa dipanen dengan ukuran 82 dan hanya bisa dipasarkan secara lokal.

Udang ukuran 100 sendiri dihargai Rp50.000 per kilogram karena itu Sulastri mengatakan bahwa panen kali ini ia dipastikan akan merugi. Sistem subsidi silang antar tiap kolam tambak pun diberlakukan untuk menutup kerugian yang diderita. Pasalnya, ia membutuhkan biaya hingga Rp100 juta untuk biaya pakan, bibit, serta operasional di satu kolam.

Sulastri mengakui bahwa penyakit berak putih ini bisa diakibatkan oleh cuaca buruk serta penggunaan kolam secara terus-menerus. Penyakit ini juga membuat udang enggan menyentuh pakannya. Udang hasil budidaya petani di pesisir pantai Kulonprogo ini biasanya dikirim ke sejumlah daerah di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jakarta.

Kepala Dinas Kelautan Perikanan Peternakan (KPP) Kulonprogo, Sudarna membenarkan bahwa penyakit berak putih disebabkan oleh bakteri vibrio karena lingkungan budidaya yang tidak baik. “Biasanya udang menjad kerdil dan akibatnya harus dipanen dini,”jelasnya.

Lingkungan yang buruk ini antara lain disebabkan kelebihan padat tebar, residu sisa pakan yang tinggi, dan pengairan yang kurang memadai. Selain itu, peralatan yang tidak bersih juga menjadi salah satu penyebab penyekat ini. Bahkan, secara tidak sadar kadang orangnya sendiri menyebarkan penyakit ini yang terbawa dari tempat lain.

Penyakit ini memang sering menyerang sejumlah tambak udang di Kulonprogo khususnya ketika penebaran keempat. Hal ini umum terjadi pada sejumlah tambak baru yang dimanfaatkan terus menerus tanpa pembersihan yang optimal. Pada beberapa kasus, Sudarna mengatakan bahwa tingkat kematiannya bahkan bisa mencapai 100%.

Adapun, pengendalian penyakit ini hanya bisa dilakukan dengan memastikan kebersihan segala aspek budidaya serta memotong siklus hidup penyebabnya. Para petambak udang juga dianjurkan untuk memusnahkan sisa sarana prasarana yang terkontaminasi dan memberi kaporit pada air tambak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya