SOLOPOS.COM - Kondisi gunung sampah di TPA Putri Cempo, Mojosongo, Jebres, Solo, Rabu (19/5/2021). (Solopos-Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Jumlah pemulung yang mengais rezeki di Tempat Pembuangan Akhir atau TPA Putri Cempo, Mojosongo, Solo, terus bertambah dari tahun ke tahun. Dalam lima tahun terakhir jumlah pemulung bertambah dari 170-an orang menjadi 260-an orang.

Penambahan jumlah pemulung di TPA itu dalam kurun waktu bersamaan dengan penghapusan tujuh tempat pembuangan sementara (TPS) konvensional. Ketujuh TPS konvensional itu kemudian diganti dengan TPS mobile (L300).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebelumnya, TPS konvensional menjadi salah satu lokasi pemulung mengais rezeki. Namun dengan ditiadakannya TPS tersebut patut diduga para pemulung beralih ke TPA Putri Cempo di Mojosongo.

Baca Juga: Waduh! Gunungan Sampah TPA Putri Cempo Solo Terancam Ambruk ke Sungai

Pengepul sampah di RT 003/RW 039 Jatirejo Kelurahan Mojosongo, Dwi, mengatakan tak ada catatan administratif terakhir yang lengkap terkait jumlah pemulung di TPA Putri Cempo. Padahal tahun-tahun sebelumnya pernah ada pencatatan oleh koordinator kelompok pemulung TPA Putri Cempo.

Sejauh perkiraan Dwi, ada 200-an pemulung tiap harinya yang mengais rezeki di TPA. “Kalau sekarang kira-kira ya 200 orang. Tidak kurang dari segitu, kalau lebih malah bisa jadi,” jelas Dwi pada Solopos.com, Kamis (27/1/2022).

Alur Pembuangan Sampah

Peningkatan jumlah pemulung di TPA Putri Cempo, menurut Dwi, terjadi setelah TPS konvensional di Kota Solo dihapuskan. Semula, para pemulung tersebut memulung sampah di TPS yang ada. Ketika TPS dihapuskan, alur pembuangan sampah langsung menuju TPA Putri Cempo.

Baca Juga: Kontainer PLTSa Berdatangan, Gapura TPA Putri Cempo Solo Dibongkar

Para pemulung tersebut beralih lahan menuju TPA Putri Cempo, Mojosongo, Solo. “Orang-orang baru itu ya baru-baru saja pindahnya. Mereka [berasal] dari banyak tempat-tempat sampah yang digusur, misal seperti Bonoloyo. Niku sedaya ke sini. Meluncur ke TPA Putri Cempo. Dulu kan enggak, mereka mulung di TPS besar-besar,” jelas Dwi.

Dwi menilai dengan bertambahnya pemulung di kawasan TPA Putri Cempo, akses jalan menuju pembuangan semakin sempit. Jalan menuju titik akhir pembuangan hanya bisa digunakan satu arah. Untuk itu, kendaraan yang masuk harus bergantian.

“Kan pemulung bertambah, lahan juga makin berkurang. Belum lagi ditambah alat berat yang wira-wiri. Lalu sapinya kan banyak gitu to,” imbuhnya.

Baca Juga: PLTSa Putri Cempo Solo Ubah Teknologi, Jadwal Operasional Berubah?

Cara Kerja Pemulung

Meski begitu, Dwi menilai tak ada penurunan signifikan dari hasil yang didapat pemulung. Hasil yang didapat bergantung dari cara kerja pemulung masing-masing.

“Kalau pendapatan menurun juga enggak. Tergantung mereka mencarinya bagaimana. Kalau mempeng [sungguh-sungguh] ya dapatnya juga banyak,” ujarnya.

Dalam catatan Karni, salah satu warga Jatirejo RT 003/RW 039 yang mengoordinasi pemulung TPA Putri Cempo, ada peningkatan jumlah dari catatan terakhirnya. Pada 2015, Karni mengaku ada pencatatan pemulung di TPA Putri Cempo.

Baca Juga: Menteri ESDM Puji Teknologi Gasifikasi di PLTSa Putri Cempo Solo

“Tercatat terakhir ya sekitar 2015. Jumlah pemulung 170-an orang. Kalau sekarang ya bisa sampe 260-an orang,” jelas Karni pada Solopos.com, Kamis.

Ada pun perkiraan jumlah pemulung dari warga Jatirejo RT 030/RW 029 bisa mencapai 70 orang. “Ya untuk perkiraan pemulung dari RW 039 sini saja bisa mencapai 70 orang,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya