Solo (Solopos.com) – Kerusakan taman kota di sepanjang tepi jalan Slamet Riyadi pascapergelaran Solo Batik Carnival menjadi sorotan Walikota Solo, Joko Widodo. Ke depannya, Jokowi bakal mengganti tanaman di sana dengan tanaman jenis kaktus untuk mengurangi kerusakan taman akibat sering diinjak-injak para penonton. “Ke depannya, taman-taman di sana memang akan diganti dengan tanaman euphorbia,” kata Jokowi kepada wartawan di ruang kerjanya, Senin (27/6/2011).
Tanaman euphorbia adalah jenis tanaman dari Madasgaskar beriklim tropis. Tanaman ini juga diyakini masyarakat sebagai salah satu tanaman yang memiliki keberuntungan dan bisa mendatangkan rejeki. Namun, pemilihan tanaman ini sebagai pengganti taman kota lebih dikarenakan batangnya berlapis duri dan bergetah. Selain itu, tanaman yang dikenal dengan julukan delapan dewa tersebut juga memiliki gerombol bunga yang menyembul dari ketiak dahannya. “Masak, setiap digelar karnaval selalu mengorbankan taman. Kasihan petugas juga kalau selalu begini,” kata Jokowi.Jokowi menjelaskan, meski karnaval membawa sejumlah dampak kerusakan taman dan sampah berserakan, namun acara yang membetot ribuan penonton dari luar Solo dan mancanegara tersebut harus tetap dilestarikan. Sebab, sisi positif dari acara tersebut ialah menjadikan Solo sebagia kota wisata yang berbasis budaya dari akar masyarakat. “Nah mengingat karnaval ini tak hanya sekali, maka perlu dipikir ke depan penataan penonton yang tak merusak taman kota,” paparnya.
Selain mengganti dengan tanaman jenis euphorbia, imbuh Jokowi, Pemkot juga tengah mempersiapkan untuk membangun tribun khusus penonton karnaval sepanjang empat kilometer. Tribun tersebut berfungsi ganda sebagai pembatas penonton agar tak meringsek ke tengah jalan ketika peserta karnaval melintas. “Persoalan manajemen penonton selama ini memang masih menjadi PR. SBC kemarin kita banyak kecolongan. Terutama fotografer banyak yang tak dapat posisi menguntungkan.”
Meski demikian, kata Jokowi, secara umum kualitas SBC 2011 dinilai jauh lebih bagus. Pemilihan waktu di malam hari, katanya, juga sangat tepat. Selain bisa menarik para pengunjung jauh lebih banyak, malam hari juga sangat tepat bagi tim artistis dalam mempermainkan cahaya. “Ke depannya, lampu harus ditambah lagi, tribun penonton dibangun, dan manajemen lalu lintas juga. Sebab, banyak penonton yang tak bisa ke Solo karena terjebak kemacetan di Kartasura,” pungkasnya.
asa