SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi
Singkat cerita, sampailah dua mantan gadis asal Solo dan Pelembang yang tinggal di Jakarta ini di hotel tempat mereka menginap. Setelah makan malam, keduanya menuju ke kamar hotel untuk istirahat. Namun ketika menggesek kunci elektronik berbentuk kartu di pintu kamar hotel, mereka kasulitan. Berulangkali digosak-gesek-gosak-gesek, sang pintu tetap mbegegeg tak mau menga.
Tak terasa sudah lebih dari satu jam, kedua nenek itu, berdiri di depan kamar sambil usreg mencoba membuka pintu. Sudah beberapa kali mereka meminta tolong orang-orang yang lewat di situ, tetapi karena hanya menggunakan bahasa isyarat, orang-orang yang beda negara dan bahasa itu pun tidak paham. Mbah Cempluk dan Mbah Nicole bingung mau berbuat apa, kepengin nangis nanti takut wajahnya tambah jelek. Akhirnya mereka hanya thenger-thenger menunggu malaikat lewat.
Beberapa menit kemudian, ndilalah ada seorang pria berwajah Asia melintas di depan mereka.
“Pak.. Pak, permisi, saya mau minta tolong,” kata Mbah Cempluk.
“Ada ape Mak Cik?” tanya lelaki yang ternyata orang Malaysia.
“Minta tolong dibukakan pintu, Pak,” pinta Mbah Nicole.
Berhubung mudheng bahasanya, orang Malaysia itu pun langsung meminta kunci kartu dan menggeseknya di pintu. “Thit-thit…” pintu kamar pun terbuka.
Setelah kedua nenek itu mengucap terima kasih, Si Malaysia pun berlalu.
Lucunya, semenjak kejadian itu, setiap kali keluar kamar Mbah Cempluk dan Mbah Nicole tak pernah mengunci pintu kamarnya. Mereka hanya mengganjal pintu dengan tempat sampah. Termasuk saat mereka berada di dalam kamar, pintunya juga tidak pernah dikunci, hanya hanya diganjal dengan kursi, takut kalau kekancingan. Ada-ada saja.
Is Ariyanto, Kartotiyasan RT 04/RW IV, Kratonan, Serengan, Solo 57153