SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Mengenakan jaket rapi. Tidak lupa memakai kaus kaki. Senyum menghiasi. Menyapa pelanggan dengan ikhlas hati. Inilah kesan yang ingin dibangun Chuba Taxi Motor pada seluruh driver-nya – sebutan keren untuk tukang ojek.

Iki [ini] lho tukang ojek yang profesional,” papar Sumadyo Tri Adhi, pemilik Chuba Taxi Motor Yogyakarta saat ditemui belum lama ini. Impiannya dapat membuat sebuah layanan jasa trasportasi darat yang profesional.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Diutarakan Sumadyo, alasan mendirikan usaha ini adalah dendam pribadi. Pengalaman buruk berkali-kali ia rasakan sebagai penumpang transportasi darat.

 

Dikerjain, dimahalin, diputer-puterin, bahkan diturunin di jalan,” ungkapnya.

 

Memulai usaha transportasi seperti bus dan taksi membutuhkan modal yang besar. Karenanya lantas Sumadyo beralih pada sepeda motor. Terinspirasi dari usaha serupa yang telah lama berkembang di Pulau Bali. Dengan uang Rp1 juta dimulailah usaha ini sebagai modal awal untuk mengangsur satu buah motor, yang ia gunakan sebagai armada pertama pada akhir Februari 2011

 

“Saya berpikiran dikembangkan di Jogja. Transportasinya susah, bus cuma ada dari pagi sampai sore, enggak semua daerah dilewati, kondisi jauh dari layak. Sementara Transjogja yang ada jauh dari solusi yang diharapkan, Rutenya muter-muter, mau ke Malioboro saja harus muter dulu ke Bandara [Adi Sucipto]. Usaha ini cocok dikembangkan di sini,” ungkapnya optimistis.

Konsep usahanya, jelas Sumadyo persis pengelolaan taksi mobil. Para driver selalu mobile, tidak berdiam atau mangkal di satu tempat. Operator akan menghubungi driver terdekat dengan posisi penjemputan konsumen, sehingga konsumen tidak perlu khawatir akan menunggu lama.

Sayangnya, konsep ini terganjal pemahaman masyarakat bahwa tukang ojek umumnya hanya mangkal di wilayah tertentu. Konsumen sering berpikir enggan memesan taksi motor karena dikhawatirkan akan butuh waktu lama, karena posisi penjemputan dinilai cukup jauh dari tempat pangkalan. Namun dengan tekad kuat, Sumadyo yakin mampu mengubah persepsi itu.

 

Sepanjang Hari

Dengan jumlah armada 14 motor dan rental berjumlah 26 motor, Chuba Taxi Motor siap melayani pukul 06.00-22.00 WIB. Bagi pelanggan yang berada di zona dalam Ringroad, dikenakan biaya Rp8.000-Rp10.000. Sementara biaya untuk zona luar

Ringroad berada pada kisaran Rp10.000-Rp25.000 disesuaikan dengan jarak tempuh.

Selain itu ditawarkan juga paket hemat yang disusun berdasarkan waktu seperti 1 jam (Rp25.000), 2 jam (Rp35.000), 3 jam (Rp45.000), 5 jam (Rp60.000), sampai paket 15 jam (Rp130.000). Setiap driver mendapatkan penghasilan rata-rata Rp100.000-150.000 per hari.

 

Uang tersebut akan dikurangi untuk setoran Rp30.000, bensin sekitar Rp15.000, dan pulsa Rp5.000. Walaupun kondisi usaha yang ia rintis saat ini semakin membaik, Sumadyo mengaku belum mendapatkan keuntungan karena beban membayar kredit setiap motor sebesar Rp450.000 per bulan.

 

Walaupun begitu ia tetap optimistis. Ia sudah menyadari sejak awal bahwa usaha yang ia rintis ini merupakan bisnis jangka panjang. “Visi harus kuat. Jangan terlalu memikirkan untung rugi.  Hasil akhir itu yang menentukan Tuhan. Kalau mau maju, enggak bisa hidup dalam posisi aman. Saya sudah terbayang bahwa tiga tahun lagi saya akan memanen 40 BPKB motor. Dua tahun lagi sudah ada keuntungan murni. Enggak perlu nunggu 10 tahun untuk jadi kaya, bisa dalam waktu 5 tahun,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya