Solopos.com, SLEMAN -- Kepala SMPN 1 Turi Tutik Nurdiana meminta maaf atas insiden hanyutnya para siswa saat kegiatan Pramuka menyusuri Sungai Sempor, Jumat (21/2/2020) sore, yang menyebabkan 8 orang meninggal dunia. Menurutnya, peristiwa tersebut sangat tidak terduga.
"Kami mohon maaf atas kejadian yang tidak diduga ini. Kami juga memohon dukungannya atas anak-anak yang meninggal dunia," katanya saat jumpa pers di sekolah, Sabtu (22/2/2020).
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Heboh Oreo Supreme, Ditawar Hingga Rp219 Juta
Dijelaskan Tutik, kegiatan Pramuka yang digelar di sekolah bukan kali pertama digelar sekolah itu. Dia beralasan kegiatan tersebut sebagai implementasi dari Kurikulum 2013. Di sekolah, kegiatan tersebut digelar setiap Jumat sebagai bagian ekstra kurikuler dan biasanya digelar di dalam lingkungan sekolah.
Kegiatan yang berakhir dengan tenggelamnya para siswa tersebut didampingi oleh tujuh guru sekaligus pembina Pramuka di sekolah. "Hanya saja pada Jumat kemarin kegiatan dialihkan ke luar sekolah. Memang ada perubahan kegiatan [dari dalam sekolah ke luar]," katanya.
Viral! Bocah SD di Jogja Dipukul Kakak Kelas Hingga Usus Bernanah
Hanya saja, Tutik mengaku tidak diberitahu oleh para pembina perihal perubahan lokasi kegiatan Pramuka tersebut, apalagi terkait kegiatan susur Sungai Sempor. Meski demikian Tutik tidak merasa janggal dengan kegiatan susur sungai yang diikuti oleh ratusan siswa karena didampingi oleh guru-guru pembina.
Apalagi, kata Tutik, karena anak-anak yang bersekolah di sana dinilai sudah familiar dengan sungai hal itupun masih dianggap biasa.
Kerap Dikritik Sejak Jadi Menhan, Ini Kata Prabowo ke Jubirnya
"Karena saya juga baru 1,5 bulan sebagai kepala sekolah dan melanjutkan program sebelumnya, saya anggap anak-anak sudah biasa melakukan. Anak-anak ini berasal dari Turi jadi sudah dianggap biasa," katanya.