SOLOPOS.COM - Sarjono, penjual tahu bakso keliling asal Banyumas yang bikin aplikasi e-commerce. (detik.com)

Solopos.com, BANYUMAS — Namanya Sarjono. Namun ia bukan seorang sarjana. Lulus SMA saja tidak. Meski demikian, kepintaran pria 33 tahun asal Desa Gerduren, Kecamatan Purwojati, Kabupaten Banyumas, Jateng ini boleh diadu dengan sarjana sekali pun. Terutama dalam membuat kode di komputer atau coding.

Bukti kepintarannya, Sarjono sukses membuak aplikasi E-Commerce semacam Lazada dan Shopee secara autodidak. Bahkan aplikasinya sudah bisa kita untuk di Playstore. Nama aplikasinya adalah Jawaraya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebelum membahas soal Jawaraya, mari kita kupas siapa sih Sarjono. Terlahir dari keluarga kurang mampu, membuat Sarjono hanya bisa mengenyam pendidikan hingga SMP. Walau begitu, ia tak berhenti belajar.

Ekspedisi Mudik 2024

Mengutip laporan detik.com, Sarjono yang memiliki keterbatasan pendidikan ini ternyata selalu mencoba menimba ilmu dari teman -temannya yang memiliki pengalaman lebih. Hingga akhirnya, dia mampu membangun sebuah aplikasi e-Commerce sendiri melalui rumus-rumus coding.

“Pendidikan saya formalnya SMP saja. Saya belajar coding itu dari teman saya orang Jawa Barat, lihat-lihat saja awalnya, itu autodidak. Karena saya bukan lulusan sekolah IT. Hanya diajarkan saja sama teman saya, mas Yudi namanya,” kata pemuda yang akrab disapa Jono itu, beberapa waktu lalu di tempat wisata Desa Gerduren.

Jono menceritakan lika-liku kehidupannya hingga mampu membuat sebuah aplikasi e-Commerce sendiri. Awalnya ia selalu dianggap tidak mampu oleh masyarakat sekitar karena hanya lulusan SMP. Sebelum berjualan tahu bakso, Jono merupakan sales jajanan es keliling ke minimarket ada di Banyumas.

Bahkan, orang tuanya yang hanya buruh tani telah membangun semangatnya untuk bangkit dari segala kesulitan. Dia pun mulai belajar caranya berdagang dengan mengambil produk orang dan dia jual kembali dengan cara berkeliling menggunakan sepeda motornya.

Diremehkan

“Karena saya terpacu dari omongan orang, sakit hati sih tidak ya. Kenapa saya semangat, saya berusaha, itu karena lulusan saya hanya SMP, tidak mungkinlah bisa apa apa, tidak kayak orang yang lulusannya tinggi, yang sudah jelas terjamin masa depannya. Dari situ saya terpacu, saya ingin benar-benar sukses,” ceritanya.

“Maka saya belajar, karena belajar saya bukan sekolah tinggi, karena orang tua saya hanya buruh tani dan tidak punya apa apa, saya lahir dari keluarga yang sederhana dan sulit. Dari situ saya punya teman yang punya kemampuan apapun, dari situlah jadi tempat saya untuk menimba ilmu,” jelasnya.

Ketika berjualan itu, banyak pula masyarakat yang seolah-olah meremehkannya. Ditambah perkembangan zaman yang semakin modern dengan adanya pasar jual beli online. Dirinya semakin tersudut, karena untuk menggunakan aplikasi WhatsApp dan media sosial saja dirinya mengaku tidak bisa.

“Jadi saat nyales dagang kelilingan, kadang banyak orang suka bilang ‘ah di online saja banyak, beli di online aja’. Tapi waktu itu kan saya bingung online, saya tidak bisa buat apa apa, belum tahu apa apa yang namanya online. Pakai WA aja masih belajar, tapi Alhamdulillah setelah saya berusaha belajar belajar, alhamdulillah bisa. Apalagi saya punya teman seorang programmer, jadi saya belajar sama dia,” ujarnya.

Semuanya itu menjadi cambukan keras bagi Jono. Tanpa putus asa, Jono akhirnya memutuskan membuat aplikasi e-commerce sendiri dengan kemampuan kode-kode pemrograman. Ia belajar membuat tampilan serta menu-menu aplikasi dari temannya tersebut yang memang memiliki background seorang programmer. Namun berbagai kendala dialaminya, mulai dari tidak adanya modal hingga server yang masih numpang.

“Akhirnya saya mencoba membuat aplikasi. Sebenarnya kalau aplikasi kan butuh server pribadi, tapi itu sangat mahal sekali. Saya tanya teman saya, kalau kita belum punya server sendiri karena belum punya modal. Akhirnya numpang server start up, jadi saya hanya fokus codingnya saja sambil diajarin,” ujarnya.

Terbentur Modal

Siang hari berjualan tahu baksi, malam harinya dimanfaatkan Jono untuk membangun aplikasi e-commerce tersebut sejak 2018 lalu. Namun lagi-lagi kendala modal menjadi kesulitannya membangun aplikasi tersebut.

Dari hasil berjualan tahu bakso, ia hanya bisa mengantongi pendapatan Rp 40.000 hingga Rp 50.000. Itu pun jika dagangan yang dia ambil dari temannya laris. “Ini benar-benar luar biasa perjuangannya, meskipun kadang banyak kendalanya, salah satunya misal kita butuh modal untuk bayar ini itu, dari tahun 2018 sampai sekarang ini baru mau launching,” ucap bapak dua anak ini.

tukang bakso bikin aplikasi e-commerce
Aplikasi e-commerce Jawaraya buatan Sarjono. (detik.com)

Dia menjelaskan jika aplikasi jual beli online, e-commerce yang dia bangun mungkin tidak seperti e-commerce pada umumnya yang sudah besar. Karena dia berusaha membangunnya dari bawah, walaupun sistemnya sama, tapi ada beberapa perbedaan sedikit.

Tapi segala fitur telah disempurnakan, termasuk pembayaran bank sebagai pihak ketiga, fitur investasi, fitur bayar tagihan, beli pulsa, bahkan bayar e-toll dan lain-lain. Bahkan aplikasi ini juga sudah bisa didownload di Playstore dengan nama ‘Jawaraya’ jual beli online.

Terus terang dia mengaku jika penggarapan aplikasinya itu dilakukan bersama temannya Yudi yang merupakan programmer. “Jadi kalau saya masih ada kesulitan di coding yang sangat rumit, itu saya minta bantuan ke teman saya itu. Kalau yang mudah, masih saya, jadi tetep saya dan teman saya orang Jawa Barat,” terangnya.

Dalam penggarapan, dia biasa menggunakan laptop, meskipun kadang menggunakan handphone. Bahkan saat ini, hasil aplikasinya tersebut diakuinya sudah mencapai 90%, dengan kekurangan hanya pada fitur share produk pengguna aplikasi.

“Aplikasi ini muncul dari desa, yang awalnya saya buat digital dan pakai WA atau Facebook saja saya belajar terus waktu itu. Sekarang semua media sosial saya pakai, termasuk alhamdulillah saya jadi bisa bikin aplikasi,” ucapnya.

Pertolongan Teman

Di tengah keterbatasan dalam pembuatan aplikasi tersebut, ternyata Jono bertemu dengan temannya yang kini sukses menjadi seorang pengusaha di bidang properti.

Dia bercerita saat tengah berjualan, tanpa sengaja bertemu temannya itu dan membahas tentang kehidupan mereka satu sama lain. Hingga akhirnya temannya tersebut mengetahui Jono yang tengah melakukan coding aplikasi tersebut.

Dari situ, temannya tertarik membantu, hingga akhirnya Jono diundang untuk menemuinya di kantornya. Lagi lagi dengan pakaian yang sederhana, Jono mengaku sempat kebingungan.

“Sebenarnya tidak sengaja (bertemu) meskipun sebelumnya sudah pernah ketemu, karena dia bisnisnya properti, dulu pas ketemu saya belum cerita, saya masih diam. Pas ketemu kemarin itu dia menyapa saya, dan tanya usaha apa, saya jujur bilang saya jualan tahu bakso, lalu dibeli sama dia. Akhirnya ngobrol kalau usaha sepi karena PPKM, begitu pula usaha properti dia yang saat ini sepi, karena orang tidak berpikir beli rumah,” cerita Jono.

Menurut Jono, perusahaan temannya itu bergerak di kontraktor, developer, suplayer, perdagangan umum dan jasa. “Saya kaget karena saya lagi ganti menu di aplikasi saya pakai HP, dia yang di sebelah saya penasaran. Awalnya nama aplikasi saya itu Larizo, akhirnya dia tertarik dan menginvestasikan modalnya agar aplikasi saya bisa segera jalan,” jelasnya.

“Dia bilang kenapa tidak jalan, lalu saya bilang karena tidak punya modal, dan server juga masih numpang.”

“Saat itu, teman saya sempat diam, dia langsung minta saya datang ke rumahnya atau ke kantornya, langsung ngobrol-ngobrol ditanya butuh dana berapa untuk mengembangkan aplikasi ini. Langsung saat itu juga MoU 5 tahun di depan notaris dan managemennya. Padahal saya datang kesana pakai pakaian biasa, cuma kaus aja. Dalam perjanjian pun setelah saya baca seksama, Alhamdulillah sama-sama menguntungkan,” ungkapnya.

Punya Kantor

Dari kepercayaan temannya tersebut untuk mengembangkan aplikasi tersebut, Jono akhirnya merubah nama aplikasi E-commerce nya tersebut menjadi Jawaraya, sesuai dengan nama perusahaan milik temannya tersebut PT Jawaraya Grup.

“Sudah MoU kontrak kerja sama, kantor sudah didirikan, Insya Allah sudah selesai, paling lambat Minggu depan kita sudah bisa launching,” jelas Jono.

Jono mengaku sangat bersyukur dengan tahapan pencapaian yang dia alami hingga saat ini, meskipun belum berjalan. Namun perjuangan membesarkan nama aplikasi yang dia bangun sejak dari nol diakuinya tak lepas dari dukungan istri dan kedua anaknya.

“Istri Alhamdulillah mengerti, kita berjuang ya, susah ya, walau bagaimanapun tetap menghargai. Karena sampai saat ini masih serbasulit dan istri saya tetap setia memberikan semangat,” ungkapnya.

Dia pun bernazar, jika aplikasinya tersebut nantinya booming dan bisa memberikan manfaat bagi orang banyak. Terlebih dahulu yang akan dia lakukan adalah menyantuni anak yatim-piatu dan sedekah.

Meskipun telah memiliki kantor khusus untuk mengembangkan aplikasi Jawaraya, Jono masih setia dengan motor tuanya berkeliling jualan tahu bakso. Sebagai pemuda desa, dia pun berpesan kepada seluruh pemuda agar tidak putus semangat, jadikan segala kekurangan yang dimiliki untuk terus belajar.

“Kita sebagai orang walaupun punya keterbatasan, tapi kita harus semangat. Kalau kita yakin dan mau belajar, Insya Allah pasti kita bisa dan yang penting jangan menyerah. Sekecil apapun usahanya kalau ditekuni, diyakini dan diseriusi, Insya Allah pasti ketemu jalannya,” jelasnya.

Karya Asli Banyumas

Dikonfirmasi terpisah, teman Jono sekaligus Direktur PT Jawaraya Grup, Sawal Putoyo, membenarkan membantu permodalan aplikasi yang dibangun oleh Sarjono.

“Memang betul, karena pada dasarnya itu hasil karya dia. Dulu tidak ada dana, sehingga karyanya itu tidak bisa tersalurkan. Waktu itu dia sudah bertemu dengan beberapa orang, tapi kayaknya cuma PHP [pemberi harapan palsu]. Akhirnya ketemu sama saya, kebetulan kita juga sudah kenal. Karena waktu itu kita sempat mau membantu pengembangan tempat wisata Gerduren, akhirnya mas Sarjono itu cerita-cerita. Karena menurut saya menarik, ini karya putra Banyumas, akhirnya saya oke,” ujar Sawal yang juga owner PT Jawaraya Group.

Meskipun demikian, Sawal mengaku jika perjuangan Jono membangun aplikasi tersebut sangat luar biasa. Pasalnya membangun sebuah aplikasi jika tidak ada modal yang besar akan sangat sulit dilakukan, apalagi untuk Jono yang hanya berjualan makanan ringan.

Bahkan, dia menjelaskan jika dalam Minggu pekan ini, kantor dan aplikasi Jawaraya segera di launching.

“Karena saya paling senang mengangkat karya karya dari putra Banyumas, karena saya sendiri orang Banyumas. Rencana Minggu ini mau di-launching, mungkin Jumat, ini lagi prepare kantor dan lain lain,” jelasnya menutup perbincangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya