SOLOPOS.COM - Sejumlah warga Dusun Ngrapah, Desa Gupit, Nguter, Sukoharjo, memukul kentungan karena mulai mencium bau busuk limbah udara dari PT Rayon Utama Makmur (RUM), Selasa (18/8/2020). (Solopos/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO -- Puluhan warga RT 001 dan RT 002, RW 009, Dusun Ngrapah, Desa Gupit, Kecamatan Nguter, Sukoharjo, kembali memukul kentungan lantaran tak kuat menghirup bau busuk limbah dari PT Rayon Utama Makmur atau RUM.

Pemukulan kentungan sebagai simbol tanda bahaya saat masyarakat kembali menghirup limbah udara. Meski segala upaya telah dilakukan PT RUM, bau busuk limbahnya tak kunjung hilang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Informasi yang dihimpun Solopos.com, Selasa (18/8/2020), warga di Dusun Ngrapah, Desa Gupit, Kecamatan Nguter menghirup bau busuk yang menyeruak saat malam hari. Warga masih mencium bau busuk sejak PT RUM beroperasi pada 2017.

Solo Tambah 5 Kasus Positif Corona, 2 Di Antaranya Bapak-Anak Asal Banjarsari

Ekspedisi Mudik 2024

Wilayah terparah terdampak bau limbah udara PT RUM yakni Dusun Ngrapah, Desa Gupit, Kecamatan Nguter, Sukoharjo. Jarak rumah penduduk dengan tembok pembatas area pabrik hanya sekitar 50 meter.

Ada 150 keluarga yang tinggal di wilayah RT 001 dan RT 002, Dusun Ngrapah, Desa Gupit. Mereka hampir setiap hari menghirup bau busuk dari pabrik produsen serat rayon itu.

Tak Bisa Tidur Nyenyak

“Tadi malam, bau busuk masih menyengat hidung. Kami tak bisa tidur nyenyak saat malam hari. Bayangkan saja jika harus menghirup bau busuk setiap hari,” kata Ketua RW 009, Dusun Ngrapah, Semin, saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa.

Perempuan Madiun Positif Covid-19 Karantina Mandiri Di Rumah, Ibunya Ikut Tertular

Hampir setiap malam, warga yang tinggal di belakang pabrik PT RUM Sukoharjo memukul kentungan sebagai tanda bahaya karena mencium bau limbah.

Mereka memukul kentungan saat menghirup bau tak sedap pada malam hari. Hal serupa dilakukan saat warga melakukan unjuk rasa di depan pintu gerbang PT RUM selama tiga hari berturut-turut pada 2019 lalu.

Warga telah melakukan berbagai upaya agar terbebas dari persoalan limbah udara. Tak hanya aksi unjuk rasa, warga juga mengadu ke instansi terkait dan lembaga negara seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

Hajatan Pernikahan Jadi Klaster Covid-19, Bupati Sukoharjo Minta Warga Tahan Diri Dulu

Namun, hingga kini, penanganan bau limbah udara PT RUM Sukoharjo belum juga tuntas. “Tuntutan warga hanya kembali menghirup udara segar yang diberikan Allah SWT. Kami tak mempermasalahkan suara bising dari mesin produksi. Kami hanya ingin menghirup udara segar setiap hari,” ujar dia.

Semin merupakan salah satu perwakilan masyarakat yang bertemu dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Sukoharjo saat unjuk rasa di Kantor Setda Sukoharjo pada Desember 2019.

Tim Investigasi

Pemkab Sukoharjo membentuk tim investigasi limbah udara yang anggotanya dari 12 instansi/lembaga. Hingga sekarang, belum ada hasil atau temuan tim investigasi limbah udara ynag dibentuk Pemkab Sukoharjo.

Kasus Pertama, Remaja 17 Tahun di Kartasura Sukoharjo Meninggal Positif Covid-19

Warga tak pernah patah arang untuk memperjuangkan udara segar dan terbebas dari bau limbah PT RUM Sukoharjo. “Kami harus melawan bau busuk setiap hari. Kami tak pernah menyerah dalam memperjuangkan udara segar,” papar dia.

Sementara itu, Sekretaris PT RUM, Bintoro Dibyoseputro, menyatakan telah memasang beberapa mesin tambahan instalasi pengolahan limbah seperti NaHS creps Machines dan Heat Exchanger.

Mesin NaHS creps Machines berfungsi mengurai H2S yang dicampur dengan cairan NaOH seperti air sabun. Sedangkan mesin NaHS creps Machines berfungsi sebagai mesin pendingin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya