SOLOPOS.COM - Purwanto alias Bagong, 58, mengobral sound systemnya di pinggir Jl. Solo-Jogja, tepatnya di Besole RT 001/RW 007, Desa Klepu, Kecamatan Ceper, Senin (9/8/2021). (Solopos.com/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN — Pengusaha persewaan sound system, Purwanto alias Bagong, 58, warga RT 001/RW 007, Besole, Desa Klepu, Kecamatan Ceper, Klaten, tengah terpuruk. Ia terpaksa terpaksa mengobral asetnya berupa satu set sound system gantung di pinggir Jl. Solo-Jogja. Tepatnya di depan rumahnya, Senin (9/8/2021).

Ia rela menjual sound system-nya harga murah agar lekas laku karena butuh uang untuk makan dan membayar angsuran di bank.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Ditemui Solopos.com di pinggir Jl. Solo-Jogja, Senin siang, pria yang dikenal dengan panggilan Bagong Sound Besole ini, mengaku sudah hampir dua tahun usahanya terhenti. Apalagi kalau bukan karena pandemi Covid-19. Bagong yang memiliki satu istri dan dua anak tak memiliki sumber penghasilan lain.

Baca Juga: Kabar Duka, Pelopor Angkringan asal Bayat Klaten Meninggal Dunia

Berbagai upaya sudah dilakukan Bagong guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Jauh sebelum ingin menjual aset sound system, Bagong telah menjual tanahnya di Kecamatan Bayat, Klaten. Selanjutnya, Bagong juga sudah menjual dua sepeda motornya.

Meski seperti itu, Bagong masih butuh uang karena pandemi Covid-19 tak kunjung berakhir. Alhasil, Bagong harus alih pekerjaan menjadi penjual angkringan di depan rumahnya. Berlangsungnya PPKM Level 4 membuat usaha angkringan sering merugi, bisa sampai seratusan ribu rupiah sehari.

“Saya sudah berusaha sebisa saya. Termasuk usaha angkringan itu. Meski sering tombok, saya harus melakoni. Soalnya bacut nyemplung di angkringan. Di samping itu, saya masih punya angsuran di bank. Makanya, saya lebih baik menjual sound system saya. Sound ini sebenarnya menjadi klangenan saya. Tapi terpaksa saya jual hanya untuk memenuhi kebutuhan makan dan nyicil angsuran,” kata Bagong.

Baca Juga: Satgas Covid-19 Batalkan Acara Ngunduh Mantu di Ngawonggo Klaten

Langganan Dalang Kondang

Bagong mengatakan sound system miliknya biasa digunakan mengiringi pentas wayang sejumlah dalang kondang, seperti Anom Suroto, Warseno Slank, dan Purbo Asmoro. Hal itu termasuk mendiang Ki Manteb Sudarsono. Sering kali, sound system Bagong disewa hingga ke daerah Jatim. Dalam sekali event, Bagong biasa memperoleh uang senilai Rp4 juta-Rp12 juta.

“Dalang-dalang kondang itu kalau memilih sound pasti milik saya. Kualitas sound system saya memang dianggap bagus. Daripada enggak terpakai, saya jual dulu. Nanti jika sudah tak ada pandemi Covid-19, bisa membeli lagi dengan mencari utangan,” katanya.

Bagong mengatakan satu set sound system gantungnya dijual dengan harga sangat miring, yakni Rp350 juta. Harga tersebut jauh di bawah harga normal, yakni senilai Rp500 juta.

Baca Juga: Dikabarkan Meninggal dan Sudah Dibikinkan Liang Lahad, Wanita di Klaten Ini Ternyata Masih Hidup

“Harganya sudah miring. Tadi, ada yang menawar Rp250 juta dari Cawas. Tapi tidak saya lepas. Harga Rp350 juta itu sudah murah. Sebelum saya jual di pinggir jalan, saya juga sudah menawarkan di media sosial (medsos). Tapi, belum ada yang cocok. Terus terang, saat ini saya sangat butuh uang. Saya sudah enggak kuat dikejar-kejar angsuran bank,” katanya.

Hal senada dijelaskan Ngatini, 48, istri Bagong. Selama ini, dirinya selalu diajak berembuk dengan suaminya agar kebutuhan keluarga dapat terpenuhi setiap harinya.

“Saya setuju saja kalau sound-nya dijual. Soalnya memang butuh uang untuk makan dan nyicil angsuran bank,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya