SOLOPOS.COM - Punden atau tempat yang biasa digunakan untuk ritual di samping pendapa di Alas Krendowahono. (kemdikbud.go.id/bpsmpsangiran)

Solopos.com, KARANGANYAR - Fenomena sumur bor yang airnya bisa terbakar jika disulut api di Dusun Ngrawan, Krendowahono, Gondangrejo, Karanganyar awal Februari 2020 lalu menjadi viral di dunia maya. Kawasan tersebut saat ini menjadi wisata dadakan yang ramai dikunjungi oleh warga se-Soloraya setiap hari.

Tak hanya menonton namun warga yang datang ke sumur tersebut juga ada yang memohon izin untuk meminta air yang keluar dari sumur dengan berbagai alasan. Warga yang meminta air membawa botol ukuran 1,5 liter.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Orang yang meminta air bukannya tanpa alasan, salah satunya untuk penyembuhan, penglaris, pengasihan ataupun hal lain yang berbau mistis. Tak heran memang karena Desa Krendowahono memang dikenal punya situs yang selalu diidentikan dengan hal berbau mistis.

Situs Alas Krendowahono bahkan menjadi jujugan Keraton Kasunanan Surakarta sebagai tempat ritual. Keraton Solo tiap tahun rutin menggelar upacara Sesaji Mahesa Lawung Keraton Surakarta yang diselenggarakan di wilayah Krendowahono.

Kain kafan putih menjadi penutup kepala kerbau, empat kaki, dan jerohannya. Satu per satu doa dilangitkan. Prosesi rutin tahunan tersebut memiliki upacara inti yakni penanaman kepala kerbau. Ritual kuno yang konon sudah ada sejak era Mataram Hindu ini digelar setiap bulan bakda Mulud pada hari Senin atau Kamis menurut perhitungan kalender Jawa.

Setelah didoakan di Sitihinggil, kepala kerbau ditanam di pepohonan Alas Krendowahono. Seperti semua ritual dalam tradisi Jawa, Wilujengan Nagari Mahesa Lawung juga sarat simbolisme. Dalam masyarakat Jawa, hewan kerbau sering digunakan untuk melambangkan kebodohan. Dengan mengubur kepala kerbau, Keraton ingin menyampaikan bahwa orang Jawa harus bisa memendam kebodohannya.

Dikutip dari sejumlah sumber, dilihnya hutan Krendowahono untuk mengubur kepala kerbau karena keraton berada di tengah empat unsur (pancer). Sebelah utara hutan Krendowahono, sebelah timur Gunung Lawu, sebelah selatan Laut Selatan, dan sebelah barat Gunung Merapi. Banyak yang percaya, bahwa Kasunanan Surakarta Hadiningrat masih dilindungi kekuatan gaib. Kekuatan itu ada di empat arah mata angin.

Untuk wilayah Selatan dilindungi Kanjeng Ratu Kencanasari atau Ratu Kidul yang beristanakan di Salokadomas/Pantai Selatan. Sebelah Barat ada Kanjeng Ratu Mas yang bersemayam di Gunung Merapi. Wilayah Timur dijaga Kanjeng Sunan Lawu dengan Keraton di Gunung Lawu.

Sedangkan Utara dijaga Kanjeng Ratu Bathari Durga (Bathari Kalayuwati) dengan istana di Alas Krendowahono. Meyakini dijaga dan dilindungi oleh leluhur-leluhur gaib, maka setiap tahun Keraton Kasunanan Surakarta mengadakan ritual untuk memberi persembahan di empat tempat itu.

Di Krendowahono terdapat Punden Bathari Durga di bawah pohon beringin besar yang dijadikan tempat pelaksanaan Mahesa Lawung. Sementara di sekelilingnya terdapat sendang/sumur dan batu gilang. Berdasarkan catatan, sendang ini dahulunya menjadi tempat siraman Pakubuwono VI sampai Pakubuwono X saat berada di Alas Krendowahono. Di sini pula ada kepercayaan Pangeran Bangun Tapa atau Pakubuwono VI mendapatkan wahyu.

Air sendang pun dipercaya sebagai penawar berbagai jenis penyakit. Air dari sendang ini juga bisa bikin awet muda dan paling bagus dipakai oleh kalangan perempuan. Selain air sendang, ada pula batu gilang yang dipercaya warga adalah tempat angker. Batu gilang diceritakan pernah digunakan oleh Pakubuwono VI dan Pangeran Diponegoro. Pakubuwono VI pun membuat siasat alasan berburu di Alas Krendowahono agar tak diketahui mata-mata Belanda.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya