SOLOPOS.COM - Minuman bersoda (JIBI/Kabar24)

Minuman bersoda (JIBI/Kabar24)

JAKARTA–Selama ini minuman bersoda sering disebut-sebut berdampak buruk bagi kesehatan, namun sebenarnya minuman ini masih aman dikonsumsi asal tak berlebihan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Seiring dengan perkembangaan gaya hidup modern, masyarakat dihadapkan pada lebih banyak pilihan, termasuk dalam hal mengonsumsi produk minuman. Tapi sayangnya, perkembangan ini sering kali tidak diimbangi dengan pengetahuan yang cukup, sehingga muncul salah pengertian pada masyarakat,” kata Prof. Made Astawan, dari Departemen Ilmu dan Tekonologi Pangan IPB, Bogor, di Jakarta, Senin (17/12/2012).

Contohnya, minuman bersoda yang dicap berpengaruh buruk pada kesehatan, seperti menyebabkan kegemukan. Padahal, katanya, minuman itu tidak membahayakan, asal tidak berlebihan mengomsumsinya.

Jadi, kata Astawan, perlu dipahami bahwa penyakit atau gangguan kesehatan yang muncul pada seseorang, bukan semata-mata karena telah mengonsumsi minuman bersoda. Namun karena adanya ketidakseimbangan antara konsumsi pangan dan pembakaran energi.

Misalnya obesitas, katanya, merupakan ketidakseimbangan antara konsumsi pangan dan pembakaran energi. Artinya pola konsumsi pangan yang tidak disertai dengan aktivitas fisik yang cukup.

“Itu bukan karena mengonsumsi minuman bersoda. Tapi pola konsumsi pangan yang tidak disertai dengan aktivitas fisik yang cukup inilah yang memicu seseorang menderita obesitas atau kegemukan,” papar Astawan dalam diskusi Tinjauan Kesehatan atas Pengenaan Cukai Pada Minuman Bersoda Tidak Tepat.

Dia memaparkan minuman berkarbonasi adalah air yang tidak menyebabkan gangguan pencernaan, dan berdampak negatif bagi kesehatan.

“Jika minuman berkarbonasi tidak aman untuk dikonsumsi, tidak mungkin produk tersebut akan tersebar di 200 negara,” ungkapnya.

Dalam minuman berkarbonasi, lanjutnya, komponen utamanya adalah air, sedangkan untuk komponen minor terdiri dari karbon dioksida (CO2), konsentrat kola, kafein, gula atau pemanis sintetis, pewarna karamel, dan juga pengasam.

“Karbon dioksida bisa dengan mudah dilepaskan dari aliran darah ke dalam paru-paru, dan tidak ada efek racun dari konsentrasi karbon dioksida yang tinggi di dalam darah,” ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, jika dilihat kandungan nilai gizinya, jumlah gula dan kalori dalam minuman bersoda kira-kira sama dengan yang dijumpai dalam banyak jus buah, meski sering kali mengandung nutrisi tambahan seperti vitamin dan mineral.

“Semua makanan dan minuman dapat kita nikmati, selama dengan kombinasi yang seimbang, dan didukung dengan aktivitas fisik yang cukup,” ujarnya.

Astawan menjelaskan minuman bersoda merupakan minuman berkarbonasi yang dibuat dengan memasukkan karbondioksida (CO2) bertekanan tinggi. CO2 sendiri adalah gas alami yang dikeluarkan saat seseorang bernafas, dan dihirup oleh tanaman.

“Soda memiliki efek ‘nyess’. Karena efek ini, membuat peminumnya ingin menambah lagi dan lagi. Meski tidak membahayakan tubuh, minuman bersoda tetap ada batasnya. Logikanya, apapun yang berlebihan tentu berdampak buruk bagi kesehatan,” katanya.

Jadi, kata Astawan, jangan cepat menyalahkan satu jenis makanan atau minuman tertentu, sebagai penyebab tunggal penyakit dalam tubuh.

“Kami mengonsumsi berbagai jenis makanan dan minuman setiap harinya. Setiap kalori darinya akan berpengaruh pada tubuh,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya