SOLOPOS.COM - Reisa Broto Asmoro. (Instagram/@reisabrotoasmoro)

Solopos.com, JAKARTA -- Angka kasus Covid-19 secara nasional terus menunjukkan peningkatan, sedangkan kapasitas tes polymerase chain reaction atau PCR di Indonesia masih jauh dari standar WHO 5.000 tes/1.000 populasi. Pemerintah mengambil kebijakan memperbanyak tes cepat (rapid test) dan tes PCR bagi yang dirasa perlu.

Tim Komunikasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro menjelaskan PCR merupakan tes berbasis laboratorium. Materi genetik dikirim ke laboratorium dan diperiksa mesin TCM dan butuh waktu karena keterbatasan jumlah laboratorium.

Promosi BRI Kantor Cabang Sukoharjo Salurkan CSR Senilai Lebih dari Rp1 Miliar

Tambah 2, Tingkat Kesembuhan Pasien Covid-19 di Salatiga Lebih dari 50%

Saat ini ada 200 laboratorium di Indonesia lebih yang sudah bisa melakukan tes spesimen PCR. Namun demikian, kapasitas laboratorium tetap terbatas sehingga pemeriksaan melalui tes cepat (rapid test) tetap dilakukan.

Selain itu, rapid test juga bisa digunakan untuk memetakan prevalensi kasus. Menurut Reisa, itu penting sebagai evaluasi secara epidemiologi. Rapid test juga dipakai untuk menekan beban biaya karena lebih murah daripada tes PCR, meski dinilai kurang akurat. Bila rapid test terdapat hasil reaktif, baru dilanjutkan PCR.

Tolak Penguasaan Sungai, Warga Protes Pabrik Garmen di Delanggu Klaten

Dengan keterbatasan kapasitas, Reisa mengatakan Indonesia harus selektif melakukan tes PCR. "Penduduk Indonesia 270 juta orang, tersebar di belasan pulau. Harus cermat menggunakan sumber daya," jelasnya dalam konferensi pers, Sabtu (20/6/2020).

Tanya Dulu Baru Tes

Reisa juga menyarankan warga bertanya atau konsultasi ke petugas kesehatan dan tim gugus tugas, melalui berbagai saluran konsultasi. Hal itu untuk mendeteksi dini apakah seseorang perlu test cepat atau PCR.

Banding Putusan Blokir Internet, Presiden Dinilai Lukai Hati Warga Papua

Polemik rapid test di Indonesia bermula dari adanya hasil rapid test negatif, namun ketika tes swab berbasis PCR kedapatan positif Covid-19. Selain itu, jamak diketahui bahwa akurasi alat rapid test terbatas dalam mendeteksi adanya infeksi corona. Demikian pula, sebaliknya, reaktif rapid test tidak serta merta menandakan terinfeksi corona.

Dokter Puskesmas di Madiun Positif Covid-19, Setelah Didatangi Ibunya dari Surabaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya