SOLOPOS.COM - Tangkapan layar livestreaming Debat Publik Pilkada Sragen, Kamis (19/11/2020). (Youtube RBTV)

Solopos.com, SRAGEN—Dari lima panelis yang dipilih Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sragen dalam debat publik Pilkada untuk penajaman visi dan misi calon bupati-calon wakil bupati (cabup-cawabup) tak ada yang berasal dari pakar pertanian. Padahal Sragen menjadi salah satu lumbung pangan nasional dengan luasan lahan pertanian padi mencapai 39.829 hektare.

Dalam debat publik yang digelar, Kamis (19/11/2020), pertanyaan seputar pertanian pun yang muncul justru dari pertanyaan masyarakat, yakni berkaitan dengan regenerasi petani.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Lima panelis itu merupakan pakar hukum tata negara, pakar pendidikan, pakar kesehatan, pakar sosial keagamaan, dan pakar ekonomi kreatif. Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sragen, Suratno, mengkritik KPU Sragen yang tidak menyediakan panelis dari pakar pertanian.

Belajar dari Para Pengusaha, Ini Kiat Sukses Berbisnis di Tengah Pandemi

Suratno pun kecewa karena Sragen sebagai penyangga pangan nasional justru tidak mengangkat isu pertanian sebagai isu strategis untuk memilih sosok pemimpin di Sragen.

Suratno sempat mengirimkan lima pertanyaan atas nama KTNA ke KPU Sragen. Namun, dari sekian banyak pertanyaan itu hanya satu yang muncul dalam debat publik pendalaman visi misi Cabup-cawabup, yakni berkaitan dengan petani milenial.

Sementara persoalan kartu tani, kekurangan pupuk bersubsidi, pertanian sebagai penyumbang kemiskinan, dan berkurangnya lahan pertanian lestari, ujar Suratno, tidak terjawab.

“Kami tidak melihat program pembangunan pertanian ke depan dalam debat publik itu. Kami berharap ada perhatian kepada pertanian. Kalau UMKM saja dianggarkan Rp10 miliar per tahun maka bupati ke depan harus berani menganggarkan pupuk dengan subsidi daerah yang dirasakan petani. Terobosan itu sesuai dengan Permentan No. 16/2013 yang mengamanatkan Pemda menganggarkan pupuk. Kebutuhan pupuk itu mestinya mengacu pada Permentan No. 40/2007,” ujar Suratno kepada Solopos, Kamis siang.

8 Bulan Pandemi Covid-19, PT Sritex Sukoharjo Produksi 1,5 Juta Masker Per Hari

Penyangga Pangan

Sementara Ketua KPU Sragen Minarso menyampaikan permasalahan pertanian muncul dari pertanyaan masyarakat. Saat pertanyaan itu masuk, kata dia, KPU sudah menentukan lima panelis sehingga tidak memungkinkan panelis dari pertanian terbentuk. “Pertanian paling dekat dengan ekonomi,” ujarnya.

Pertanyaan Suratno terkait petani milenial dibacakan moderator debat, Putri Ayuningtyas. “Petani banyak yang belum sejahtera dan ditinggalkan kaum milenial. Bagaimana Program kerja dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan upaya menarik minat petani milenial?” tanya Putri.

Cawabup Suroto menjawab Sragen memang penyangga pangan Jawa Tengah. Dia menyampaikan untuk menarik minat kaum milenial di pertanian dengan meningkatkan sarana dan prasarana yang modern. Dia juga berencana membangun sumur dalam di utara Bengawan Solo sehingga tidak hanya panen dua kali dalam setahun.

“Selain itu pengembangan padi organik dengan harga medium,” katanya.

Umpan balik justru disampaikan pakar pendidikan UNS Solo, Bramastia. Dia menyoroti masalah minat petani milenial itu dengan mendirikan sekolah pertanian. Cabup Yuni melihat sekolah pertanian itu merupakan SMK yang wewenangnya ada di provinsi. Yuni mengaku hanya bisa mengusulkan ke provinsi. Yuni menekankan modernisasi alat pertanian dan pengembangan padi organik bisa menjadi daya tarik petani milenial.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya