SOLOPOS.COM - Ilustrasi hujan. (Reuters)

Solopos.com, JAKARTA -- Prakiraan cuaca di Indonesia sepanjang tahun 2020 ini berbeda dengan tahun sebelumnya yang mengalami kemarau cukup panjang. Tahun ini, cuaca diprediksi kembali normal.

Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Herizal mengatakan sebagian besar ahli metrologi dunia memprediksi suhu di Samudera Pasifik dikategorikan netral.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dia menambahkan tidak ada migrasi uap air dari Samudera Pasifik ke Indonesia maupun sebaliknya.

"Kami memprediksi 2020, iklim kita normal. Ketika musim hujan, sama dengan normal. Kemarau juga sama, normal," ujarnya, Senin (13/1/2020).

Secara terperinci, sebut Herizal, pada Januari-Maret 2020 sebagian besar Indonesia mendapat curah hujan antara menengah sampai dengan sangat tinggi. Adapun curah hujan paling tinggi pada periode ini terjadi di Papua dan Pulau Jawa.

Herizal menuturkan terdapat keunikan pada daerah pantai timur Pulau Sumatra mulai dari Aceh, Sumatra Utara, sampai Riau. Di daerah tersebut curah hujan berkurang.

"Bahkan di Riau mencapai level kemarau 1. Beberapa tempat di Sumut juga waspada masalah kekeringan terutama di daerah rawan karhutla [kebakaran hutan dan lahan]," ungkap dia dilanisr Bisnis.com/JIBI.

Selanjutnya pada April-Mei 2020, sebagian besar wilayah Indonesia masih mendapatkan curah hujan dari level menengah sampai tinggi. Akan tetapi, di NTT dan NTB curah hujan mulai rendah sampai level menengah. Beberapa tempat di wilayah tersebut masuk kemarau

Herizal menjelaskan pada Mei-Juni 2020, khususnya Mei mulai masuk musim kemarau dan luas daerah yang terdampak diprediksi bertambah. Yaitu dari sebelumnya di NTT dan NTB, kemarau merambah daerah Bali, Jawa Timur.

Sedangkan Papua bagian selatan, Sumatra, Riau sampai dengan Jambi, bahkan memasuki musim kemarau tahap 2.

Sementara itu, pada Oktober-Desember 2020 sudah masuk kembali ke musim hujan.

"Beberapa tempat di Jatim, NTT dan NTB kemarau," imbuhnya.

10 Berita Terpopuler: Korupsi BKK Wonogiri hingga Bupati Boven Digoel Papua Meninggal

Kendati normal, hujan yang terjadi pada tahun ini terbilang semakin basah. Begitu pula dengan kemarau yang semakin kering. Hal ini akibat perubahan iklim yang dihadapi dunia pada saat ini.

"Risiko yang tertinggi masalah di banjir," pungkas Herizal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya