SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Dalam sebulan terakhir, kasus kekerasan yang melibatkan anak muda antaretnis merebak di Jogja. Kasus terakhir adalah pertikaian antarmahasiswa dari kawasan Indonesia Timur.

Dalam pertikaian yang terjadi di titik nol ini, dua buah sepeda motor dibakar. Penyebabnya sebetulnya sepele. Hanya karena ingin kencing di dekat parkiran motor, akhirnya dua kelompok pemuda bertikai. Pertikaian tersebut terjadi antarkelompok pemuda yang keduanya berasal dari Indonesia Timur.

Promosi Vonis Bebas Haris-Fatia di Tengah Kebebasan Sipil dan Budaya Politik yang Buruk

Meski kelihatannya sudah adem ayem, ternyata pertikaian tersebut masih menyisakan bara di kalangan grassroot. Bahkan menimbulkan keresahan. Apalagi peristiwa semacam itu tidak hanya terjadi sekali di DIY. Baik pertikaian antara pendatang dan penduduk asli maupun pertikaian sesama pendatang di DIY.

Keresahan inilah yang membuat perwakilan mahasiswa asal Nusa Tenggara Barat (NTB) Senin (4/6) mendatangi Mapolresta Jogja. Mereka ingin meminta perlindungan dari polisi.

Selain minta perlindungan, mereka juga minta kejelasan sejumlah kasus yang menimpa kawan sesama asal NTB. Persoalan tersebut di antaranya kasus penculikan yang melibatkan Delvi Nirmajanti, 22, mahasiswa asal Dompu, Nusa Tenggara Barat. Kasus tersebut dilaporkan kepada polisi pada (27/5) lalu. Kendati Delvi, saat ini sudah kembali ditemukan, namun Hanif mengaku khawatir jika persoalan tersebut kembali muncul.

Mahasiswa asal NTB ini resah karena mereka takut salah sasaran. Apalagi saat ini kondisi masih memanas dan bentrokan masih mungkin terjadi kalau tidak diantisipasi oleh aparat keamanan dan pemerintah daerah.

Kapolresta Jogja Kombespol Mustaqim menjanjikan untuk semaksimal mungkin melakukan upaya untuk menjaga kondusifitas Kota Jogja. Pihaknya menyadari saat ini, Jogja tengah dilanda sejumlah konflik.

Tidak hanya aparat keamanan, antar sesama mahasiswa pun harus ada komunikasi untuk mencairkan ketegangan. Bukankah di Jogja juga ada Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Daerah (IKPMD) DIY. Wadah inilah yang seharusnya bisa menjadi perantara untuk mendamaikan suasana agar pertikaian antar pemuda tidak terjadi lagi.

Ketegasan dan antisipasi aparat keamanan, komunikasi intensif antar pemuda dan juga peran aktif dari aparat pemerintah ini diharapkan membuat kondisi Jogja tetap kondusif. Jogja tetap menjadi kota yang nyaman bagi warga asli dan juga pendatang.

Bukankah rasa nyaman ini diperlukan agar kita semua bisa beraktivitas dengan tenang, tanpa takut menjadi korban kekerasan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya