SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Terhitung sejak Senin, 28 Mei 2012, Universitas Gadjah Mada memiliki nakhoda baru. Prof Pratikno dilantik menjadi Rektor kampus negeri tertua di Jogja itu menggantikan Prof. Sudjarwadi. Hingga 2017 Pratikno bakal menentukan ke mana kampus kebanggaan Indonesia itu akan bergerak.

Menarik menyimak pesan Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UGM, Prof Sofian Effendi saat pelantikan. Mantan Rektor UGM tersebut meminta agar UGM kembali ke kampus kebangsaan dan kerakyatan. Sofian menilai, UGM saat ini terlalu Jawa sentris karena mayoritas mahasiswa yang masuk berasal dari pulau Jawa. Sementara kesempatan untuk calon mahasiswa dari luar Jawa, khususnya Indonesia timur sering terlupakan.

Promosi Timnas Garuda Luar Biasa! Tunggu Kami di Piala Asia 2027

Sesungguhnya bukan melulu kesalahan UGM kenapa menjadi Jawa sentris. Sistem penerimaan mahasiswa baru yang selama ini diterapkan memang kerap tidak adil. Dengan tingkat pendidikan yang harus diakui masih ada kesenjangan antardaerah, sistem penerimaan diseragamkan. Tentu saja hal ini “menguntungkan” siswa dari daerah dengan tingkat pendidikan lebih baik akan lebih besar.

Untuk itu perlu sekiranya UGM meninjau kembali sistem yang diberlakukan. Hak untuk bisa menerima pendidikan berkualitas dari UGM harus diberikan kepada siapapun dan daerah manapun. Apalagi kebutuhan sumber daya manusia berkualitas sangat diperlukan oleh daerah-daerah luar Jawa untuk membangun. Tak ada salahnya ada semacam “dispensasi” atau kemudahan untuk mereka.

Selama ini UGM sebenarnya memiliki sistem penjaringan bibit unggul daerah. Alangkah baiknya jika jalur itu juga diberikan kepada mereka yang ada di luar Jawa.

Pratikno pun menyatakan sanggup untuk mengemban amanah tersebut. Kebijakan memikirkan lulusan SMA dari Indonesia Timur yang diperbanyak perlu dipikirkan. Hal ini seperti yang dilakukan HB IX untuk memberi kesempatan kepada pemuda di berbagai daerah.

Bukan itu saja tugas berat Pratikno. Tidak usah ditutup-tutupi, dalam beberapa kurun waktu terakhir banyak kritikan pedas yang diberikan kepada UGM. Kampus Biru itu disebut-sebut juga telah kehilangan semangat sebagai  kampus kerakyatan. Biaya pendidikan yang tinggi sebagai salah satu cerminan lunturnya semangat itu.

Tudingan itu juga harus dijawab oleh Rektor baru. UGM, harus membuktikan dirinya tetap menjadi milik semua elemen masyarakat. Tak peduli dia anak orang kaya, miskin, anak petani atau pejabat, semua punya hak yang sama.

Tantangan lain yang juga harus dihadapi adalah bagaimana menciptakan lulusan yang semakin berkualitas. UGM harus bisa menjadi sumur yang jernih sehingga air yang dihasilkan juga bening, menyejukkan dan memberikan manfaat bagi semua orang. Sebagai gudangnya orang-orang intelektual, UGM harus mampu memunculkan solusi atas berbagai persoalan yang masih terjadi di negeri ini. Dan Praktikno, memegang peran penting untuk itu. Selamat bekerja Rektor baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya