SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sejumlah daerah di Indonesia mulai mengalami kekeringan akibat panjangnya musim kemarau tahun ini.  Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkiraakan musim penghujan di Indonesia akan mengalami keterlambatan. Keterlambatan datangnya musim hujan pada tahun ini disebabkan oleh Badai El Nino yang berkekuatan lemah.

Menurut Kepala Pusat iklim Agroklimat dan Iklim dan Maritim BMKG, Nurhayati badai El Nino memang sedikit mengurangi pasokan uap air dari Samudera Pasifik sebelah timur Indonesia.

Promosi Timnas Garuda Luar Biasa! Tunggu Kami di Piala Asia 2027

Kondisi serupa juga sudah terjadi di DIY, di mana sejumlah daerah mulai kekurangan air. Gunungkidul, merupakan salah satu daerah yang menjadi langganan kekeringan. Sebagai contohnya, di Dusun Kamal, Desa Wunung, Kecamatan Wonosari, hilir mudik mobil tangki air merupakan hal biasa. Apabila berkunjung ke dusun itu, mobil itu menjadi bagian dari keseharian warga terutama saat musim kemarau.

Ekspedisi Mudik 2024

Seperti persoalan rutin tahunan, warga Dusun Kamal menghadapi kesulitan air. Warga perlu mengeluarkan uang untuk membeli air dari mobil tangki dan menggunakannya untuk mencuci, masak, mandi sampai beribadah.

Keadaan itu telah berlangsung turun temurun. Bahkan warga sudah biasa menjual kambing demi mendapatkan air. Sebenarnya masalah kekeringan di DIY tak hanya terjadi di Gunungkidul. Hampir di semua kabupaten bahkan di Kota Jogja kekeringan juga selalu terjadi. Hanya tingkat dan penanganan kekeringan berbeda antara satu dengan yang lain.

Persoalan kekeringan adalah masalah klasik yang selalu ada setiap tahunnya. Meski selalu ada, penanganan yang dilakukan pemerintah hanya bersifat jangka pendek. Dropping air selalu menjadi ujung tombak untuk menyelesaikan kekeringan. Cara itu memang bisa mengatasi persoalan, namun hanya sesaat.

Padahal, sebenarnya ada solusi yang lain yang tentunya bisa menanggulangi kekeringan. Di Gunungkidul, tersedia sejumlah sungai bawah tanah yang hingga kini belum bisa dioptimalkan untuk mengatasi masalah kekurangan air.

Proyek bribin yang diharapkan bisa menjadi solusi, hingga kini pun juga tidak sesuai yang diharapkan. Karenanya, ditunggu langkah Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dan Pemerintah Provinsi DIY untuk segera menyelesaikan proyek tersebut.

Tak hanya itu, berbicara masalah air tidak hanya mengenai ketersediaan semata, menjaga kelestarian air juga merupakan langkah penting. Sebenarnya sejumlah program sudah disusun pemerintah. Hanya, hingga kini program tersebut kurang optimal. Program satu juta lubang biopori di Kota Jogja, yaitu pembuatan sumur resapan di kampung-kampung sebenarnya merupakan langkah yang bagus untuk menjaga ketersediaan air. Sayangnya, program itu kurang maksimal, karena baru di Kota Jogja saja dan belum merata.

Tak hanya itu pemerintah juga harus mengendalikan laju pertumbuhan perumahan di sejumlah kabupaten. Jika tidak, tanah yang berfungsi sebagai daerah resapan lambat laun akan berkurang.

Dan yang tak kalah pentingnya, penggunaan air secara bijaksana. Bagaimanapun penghematan air adalah cara terbaik untuk menjaga persediaan air. Jangan menghambur-hamburkan air mulai sekarang, karena anak cucu kita masih membutuhkan air di masa depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya