SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Setiap 22 Februari diperingati sebagai Hari Sampah Nasional. Mungkin tidak banyak yang tahu mengenai peringatan itu. Bahkan, mungkin lebih banyak lagi jumlahnya orang yang tidak peduli membuang sampah pada tempatnya.

Buktinya, hingga kini masalah sampah masih saja terjadi di mana-mana termasuk di Jogja. Permasalahan sampah tidak hanya berkutat pada perilaku orang dalam membuang sampah, tetapi juga masalah penyediaan tempat sampah hingga ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Di DIY, TPA Piyungan menjadi salah satu tempat pembuangan sampah terbesar di Jogja. Sayangnya dalam waktu dekat, tempat tersebut sudah overload. Sudah banyak cara dilakukan termasuk rencana untuk memperluas area tersebut.

Bahkan sejumlah investor asal luar negeri kepincut untuk ikut mengelola sampah di Piyungan tersebut. Setelah investor asal Jepang, Inggris dan Prancis menawarkan diri untuk mengolah sampah di TPA Piyungan, kini giliran investor asal Swiss yang berencana mengkonversi sampah menjadi energi listrik dengan investasi senilai Rp1,5 triliun.

Perusahaan yang bergerak di bidang energi asal Swiss tersebut menawarkan konsep pengolahan sampah menjadi energi listrik dengan teknologi bernama Seramat atau Secondary Raw Material. Sampah dikonversi menjadi oli sintetik yang dapat digunakan untuk pembangkit tenaga listrik. Apalagi di dekat TPA banyak berdiri industri yang memerlukan tenaga listrik.

Hanya, perluasan area dan pengelolaan sampah itu bakal percuma jika perilaku warga tidak berubah. Sebenarnya sudah banyak program dan usaha yang digagas agar sampah bisa di daur ulang. Sayangnya hanya segelintir orang saja yang memanfaatkan cara itu.

Padahal jika cara itu bisa dilakukan sampah-sampah itu bisa bernilai ekonomi. Sebagai contoh Dusun Sukunan, Banyuraden, Gamping Sleman yang berhasil mendaur ulang sampah sehingga bisa bernilai ekonomi. Bahkan sejumlah daerah di luar DIY berbondong-bondong menimba ilmu   ke Sukunan.

Sayang beribu sayang contoh bagus dalam mengelola sampah itu tidak ditiru oleh warga DIY sendiri. Masih banyak warga yang seenaknya membuang sampah di sembarang tempat.

Sanksi tegas berupa tindak pidana ringan (tipiring) yang sudah dijalankan pun juga tidak mempan untuk meminimalisasi atau menghilangkan Jogja dari orang yang membuang sampah sembarangan.

Berkaca dari situ dibutuhkan peran serta menyeluruh baik, dari warga pemerintah maupun pihak lain untuk mengatasi masalah sampah itu secara bersama-sama. Sikap dan perilaku itu harus ditanamkan sejak kecil sebagai bagian dari hidup sehat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya