SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Wacana menghemat penggunaan bahan bakar minyak (BBM) kini bukan lagi isapan jempol.  Pemerintah Provinsi DIY akan melakukan pembatasan BBM bersubsidi per 1 September 2012 dengan kuota bulanan dan harian.

Dengan pembatasan ini, maka warga tak bisa lagi sembarangan boros premium. Jika perilaku boros premium tetap dibudayakan, akibatnya akan terkena langsung ke warga.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Meski pola pembatasan premium masih fleksibel dengan rencana evaluasi tiap dua pekan, penghematan premium khususnya pada kendaraan pribadi tak ada lagi toleransi.

Kuota premium yang disediakan selama September adalah 36.000 kiloliter (kl) atau turun sekitar 11 persen dari kuota normal yakni 40.500 kl.

Ekspedisi Mudik 2024

Artinya dengan kuota tersebut berarti dalam satu hari ada 1.200 kl atau 1,2 juta liter premium yang diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Meski terlihat mengkhawatirkan tak cukupnya kuota BBM, namun Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan ESDM DIY Rani Sjamsinarsi optimistis masyarakat tak akan kehabisan.

Tapi benarkah? Apakah optimisme itu bisa sesuai perkiraan? Seharusnya bisa. Gerakan menghemat BBM saat ini sudah tak bisa ditunda lagi.

Masyarakat juga tak bisa lagi beralasan macam-macam untuk tetap melakukan pemborosan sebab di tingkat pengecer, pemerintah juga melakukan pembatasan ketat. Para pengecer premium hanya akan diberi jatah 20 liter per hari.

Bahkan pengecer premium harus mendapatkan surat rekomendasi dari pemerintah kabupaten dan kota. Direncanakan ada 12.000 pengecer di DIY yang akan diberikan rekomendasi tersebut. Pengecer bisa mengajukan permohonan rekomendasi ke pemerintah kabupaten dan kota.

Dengan dibatasinya jumlah premium ke tingkat pengecer, tentu masyarakat tak akan bisa semudah sebelumnya mendapat premium. Selain pengecer masih ada lagi pembatasan yang dilakukan untuk mengirit kuota BBM yang telah ditetapkan.

Pembatasan itu adalah dengan diperlambatnya laju nozzle alias selang pengisian di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) khusus mobil pribadi. Diperkirakan dengan diperlambatnya nozzle maka antrean yang panjang bisa menggiring pembeli untuk mengisi pertamax. Sedangkan untuk roda dua tidak diperlambat.

Pembatasan juga dilakukan untuk mobil pengguna solar. Untuk kegiatan perkebunan dengan luasan lebih dari 2 hektare dan pertambangan bukan rakyat harus menggunakan BBM tidak bersubsidi. PT Pertamina akan menyediakan minyak Solar tidak bersubsidi berupa pertamina dex di hampir seluruh SPBU dalam bentuk kemasan. Pertamina dex curah dijual di 5 SPBU di Sleman dan Kota Jogja. Sedangkan untuk wilayah yang tidak menyediakan pertamina dex, PT Pertamina akan menyediakan mobile SPBU untuk menyediakan solar nonsubsidi. Seluruh rencana yang berlaku besok, 1 September 2012 ini hanya bertujuan mengoptimalkan kuota yang masih ada.

Kini tak ada jalan lain kecuali menghemat penggunaan BBM. Memprioritaskan yang benar-benar penting. Setop pemborosan BBM. Pemerintah, yang berjanji akan melakukan evaluasi seyogyanya juga menerima masukan dari masyarakat, kelak pola penghematan ini telah berjalan. Sebab, tanpa masukan dari masyarakat, hanya akan jadi kebijakan searah.

Bagaimanapun, penghematan ini juga harus logis diimbangi dengan fasilitas kendaraan umum yang layak, agar masyarakat tak lagi ramai-ramai menggunakan kendaraan pribadi. Dukung penghematan dengan keseimbangan yang logis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya