SOLOPOS.COM - Ilustrasi/dok

Ilustrasi/dok

Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono memutuskan turun gunung untuk membenahi Partai Demokrat yang didirikannya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Langkah ini diambil setelah adanya rilis dari Saiful Mujani Research and Consulting yang menyatakan elektabilitas Partai Demokrat hanya 8% jika pemilihan umum dilaksanakan saat ini. Jumlah itu kalah jauh dibandingkan dengan Golkar yang berada di posisi pertama dengan 21% dan PDIP di urutan kedua dengan 18%.

Ekspedisi Mudik 2024

Hasil survei tersebut langsung disikapi sejumlah anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, seperi Jero Wacik agar SBY segera turun tangan mengatasi karut marut partai tersebut. Menteri asal Demokrat lainnya akhirnya juga ikut bersuara menyikapi kondisi tersebut.

Desakan itu akhirnya direspons SBY. Setelah bertemu dengan petinggi Demokrat, SBY memutuskan mengambil alih langsung kepemimpinan, pembersihan dan konsolidasi PD. Adapun Anas Urbaningrum yang saat ini masih menjabat Ketua Umum diminta untuk fokus menyelesaikan dugaan masalah hukum.

Sebagai Ketua majelis tinggi partai, SBY akan bertugas, berwenang dan bertanggungjawab untuk memimpin penyelamatan dan konsolidasi partai. Segala keputusan dan tindakan partai ditentukan dan dijalanlan oleh majelis tinggi partai.

SBY menegaskan elemen partai, baik itu fraksi, DPD hingga DPC berada dalam kendali dan bertanggung jawab langsung pada majelis tinggi. Bahkan, jika ada yang menentang keputusan itu, SBY mempersilakan untuk keluar dari PD.

Pro dan kontra kemudian merebak menyikapi langkah yang diambil SBY tersebut. Kubu yang kontra, meminta SBY tetap fokus pada urusan pemerintahan dan negara. Jangan sampai langkah SBY yang memegang kendali penuh partainya mengganggu tugas dan kewajibannya. Apalagi, SBY sering menyampaikan kepada para menterinya yang berasal dari parpol untuk fokus pada tugas dan bidang masing-masing. Bila presiden lebih sibuk mengurus partai ketimbang negara, urusan pemerintahan dan rakyat makin terabaikan.

Kata-kata bijak dari Presiden Filipina Manuel Luis Quezon y Molina yang memerintah dari 1935 sampai 1944 hendaknya bisa menjadi rujukan. My loyalty to my party ends where my loyalty to my country begins (loyalitas pada partai berakhir ketika loyalitas pada negara dimulai) seharusnya menjadi pegangan SBY saat ini.

Memang sebagai pendiri Demokrat sah-sah saja, SBY untuk turun tangan langsung menyelamatkan partainya. Namun perlu diingat dalam Pemilu 2009 lalu, Demokrat hanya dipilih oleh 21.703.137 pemilih atau 20,85% warga Indonesia yang memiliki hak memilih. Adapun SBY saat pemilihan presiden dipilih oleh 121.504.481 pemilih atau 60,80 %.

Seharusnya dengan melihat dari hasil pemilu tersebut, SBY saat ini harus lebih mementingkan rakyatnya dibandingkan partai yang mengusungnya. Sejumlah masalah masih mengadang Bangsa Indonesia yang harus diselesaikan presiden. Presiden harus ingat bahwa angka kemiskinan, angka pengangguran, anak putus sekolah dan lainnya masih banyak.

Belum lagi persoalan keamanan, masih banyaknya TKI yang bermasalah di luar negeri dan lainnya. Masalah ini yang harusnya menjadi prioritas penyelesaian dari SBY bukan malah memikirkan partai yang didirikannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya