SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kabar sejuk berhembus pada Kamis (7/6) lalu untuk dunia persepakbolaan di Indonesia. Setelah lama berseteru, PSSI dan Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) akhirnya memutuskan berdamai. Melalui mediasi AFC, kedua pihak sepakat membentuk kompetisi baru.

Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) perdamaian itu dilakukan PSSI, Indonesia Super League (ISL), dan KPSI di markas AFC di Kuala Lumpur, Kamis (7/6).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kesepakatan ini merupakan buah dari pembicaraan selama dua hari di hadapan Taskforce AFC yang dipimpin Wakil Presiden AFC Pangeran Abdullah Ibni Sultan Ahmad Shah dan anggota Komite Eksekutif FIFA Dato’ Worawi Makudi.

PSSI dan KPSI telah sepakat untuk bekerja sama dan berkolaborasi demi kepentingan yang lebih besar, yakni kemajuan sepakbola Indonesia.  Kabar menggembirakan ini tentu sudah lama dinanti di tengah silang sengkarut suksesi kepemimpinan di tubuh PSSI beberapa waktu silam yang berujung pada pecahnya lembaga pengurus kompetisi yakni ISL dan IPL.

Kebesaran hati kedua pihak yang berseteru ini untuk rujuk, patut diapreasiasi.  Kita semua tahu, pecahnya kompetisi bukan membuat prestasi Indonesia di dunia persepakbolaan semakin bagus, sebaliknya, perpecahan ini sama saja menciptakan embrio keterpurukan.

Selama kompetisi terbagi dua,  kedua kompetisi itu semuanya bermasalah. Jika ada yang bilang IPL lebih bagus atau sebaliknya ISL lebih bagus, semua hanya omong kosong. Semua berjalan dengan prematur.

Kondisi ini jelas sangat merugikan terutama pemain yang hak-haknya tidak dipenuhi oleh klub. Sedikitnya ada 13 klub belum memberikan hak-haknya kepada pemain.

Ujung-ujungnya, pemain tak tahan dengan kondisi ini, dan mengancam mogok. Bagaimanapun, para pemain ini butuh nafkah untuk melanjutkan hidup. Kalau urusan kesejahteraan pemain saja belum terselesaikan, bagaimana mau mengharapkan prestasi muncul.

Kami juga mengapresiasi upaya yang dilakukan AFC dan FIFA yang telah berhasil menjembatani islah kedua pihak yang berseteru. Kedua lembaga ini bisa mengakhiri kedua pihak yang berseteru, tepat sehari menjelang Piala Eropa 2012 di Ukraina dan Polandia.

Tentu kami berharap, Mou yang ditekan saat momen Piala Eropa ini,  sekaligus bisa menjadi sarana kontemplasi, betapa ribu-ribut kedua pihak selama ini betul-betul tak membawa faedah bagi dunia persebakbolaan di Indonesia. Perseteruan hanya bentuk dari ketidakdewasaan para pengurus federasi sepakbola yang memalukan dan jauh dari profesionalitas seperti dijunjung tinggi federasi sepakbola di Eropa.

Semoga pula, MoU yang telah ditandatangani kedua pihak betul-betul terlaksana, tak hanya hitam di atas putih atau lamis-lamis lambe saja. Masih banyak pekerjaan yang mesti dilakukan usai adanya kesepakatan ini. Pertama-tama tentu perlindungan atas hak pesepakbola di Indonesia harus dijamin. Ini demi memperkuat timnas sesuai ketentuan yang diatur regulasi FIFA.

Selanjutnya, mesti segera dibentuk satu liga dalam satu kepengurusan federasi di Indonesia yang diakui secara sah oleh FIFA untuk mengelola persepakbolaan Indonesia yang profesional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya