SOLOPOS.COM - Ilustrasi/dok

Ilustrasi/dok

Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta terus berjuang untuk menarik masyarakat, khususnya kaum muda untuk datang ke museum. Bahkan instansi ini menyediakan bus gratis bagi sekolah untuk membawa mereka ke museum.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Program ini sebagai bagian dari wajib kunjung museum yang sudah beberapa lama dilakukan. Program ini diluncurkan sebagai bentuk keprihatinan karena tingkat kunjungan masyarakat ke tempat yang sebenarnya penuh nilai sejarah ini semakin menurun.

Menurut Ketua II Badan Musyawarah Museum (Barahmus) DIY, Donny Suryo Megananda dalam tiga tahun terakhir tingkat kunjungan museum di DIY mengalami penurunan cukup signifikan. Jika pada 2010 kunjungan di museum mencapai 2,2 juta orang, maka pada 2011 hanya dua juta pengunjung. Jumlah ini juga kembali merosot pada 2012 menjadi 1,7 juta. Tidak sebanding dengan jumlah museum di DIY yang mencapai 32 unit.

Dengan kondisi ini maka program wajib ke museum harus didukung sepenuhnya. Bukan sekadar untuk mempertahankan keberadaan museum itu sendiri. Tetapi lebih dari itu. Yakni agar generasi sekarang tidak terlepas dari sejarahnya.

Ketika sejarah dilupakan, maka akan muncul generasi yatim piatu yang tidak tahu asal usulnya. Dia akan menjadi orang yang tidak punya akar budaya dan karakter yang jelas. Akhirnya, mereka akan menjadi manusia yang sangat mudah diombang-ambingkan oleh keadaan. Sangat mudah menerima pengaruh budaya luar dan tidak punya kebanggaan terhadap diri sendiri.

Sangat benar apa yang selalu digelorakan Bung Karno yang secara tegas menyatakan ”Jangan sekali-kali melupakan sejarah.” Dan museum adalah tempat bagi semua orang untuk terus mengingat dan belajar tentang sejarah itu.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan asal usulnya. Jepang bisa menjadi besar karena teguh dengan karakter aslinya. China menjadi negara yang disegani dunia karena mereka selalu menjunjung nilai-nilai sejarah. India, jauh meninggalkan Indonesia karena mampu memegang teguh tradisi leluhurnya. Semua karena tidak melupakan sejarah.

Sementara Indonesia, diakui atau tidak banyak generasi yang sudah melupakan sejarah. Mari kita akui, sebagian besar anak muda sekarang lebih menjunjung tinggi budaya orang lain daripada nguri-nguri kebudayaan sendiri. Rakyat Indonesia telah menjadi peniru yang hebat daripada pencipta, anak-anak muda begitu mudah dipengaruhi oleh nilai-nilai asing. Kenapa hal itu bisa terjadi? Karena tidak adanya benteng pertahanan yang disebut dengan karakter.

Maka tak ada cara lain generasi muda harus diingatkan kembali ke sejarahnya. Masyarakat harus kembali diingatkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa pejuang. Orang-orang harus kembali dibuka mata dan hatinya, bahwa negeri ini adalah negeri besar, kaya dan penuh potensi. Jadi bukan bangsa pecundang yang menggantungkan hidupnya kepada orang lain. Dan itu bisa dimulai dengan datang ke museum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya