SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Malam Nuzulul Quran atau turunnya kitab suci umat Islam, Alquran menjadi malam yang disucikan. Ditunggu dan diperingati oleh hampir seluruh muslim. Dalam sejarahnya malam Nuzulul Quran memang menjadi malam penting penanda dimulainya Islam dan peradabannya.

Nuzulul Quran ibarat sebuah kelahiran besar bagi dunia Islam. Malam 17 Ramadan dipercaya sebagai hari “datangnya” Alquran sebagai kitab suci pedoman umat Islam. Dari Tuhan disampaikan melalu Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kitab suci yang kemudian menjadi tolok ukur setiap perbuatan dan tindak-tanduk umat Islam. Nuzulul Quran kemudian juga diperingati besar-besaran, di masjid dan musala hingga di instansi baik pemerintah maupun swasta.

Tapi peringatan itu, benarkah sudah menjadi perenungan besar bagi umat Islam di negeri ini? Bahwa penanda “lahirnya” Alquran juga menjadi penanda “lahirnya” pribadi-pribadi manusia yang bersih, berpegang teguh pada kebenaran?

Mungkin sebagian kecil sudah melakukannya. Terus menjadi pribadi yang lebih baik. Tapi sebagian besar lainnya? Bangsa ini tak menunjukkan wajah yang terus berubah menjadi pribadi yang baik. Korupsi makin merajalela.

Bahkan belum lama ini Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengendus adanya kasus dugaan korupsi pengadaan Alquran di Kementerian Agama. Kasus ini tentu menjadi tamparan keras bagi Kemenag. Juga umat Islam. Betapa remehnya arti kitab suci bagi para koruptor.

Jika sudah begini masihkah bisa diklaim bahwa segala perayaan peringatan turunnya Kitab Suci Alquran telah sampai pada hakikatnya? Hakikat bahwa seruan berlaku bijak dan jujur yang terkandung dalam Alquran sudah diterapkan para pembacanya. Sudahkah Alquran benar-benar menjadi pedoman seluruh muslim di negeri ini?

Tak hanya kasus korupsi pengadaan Alquran saja, kasus korupsi lain juga meroket di negeri ini. KPK makin hari makin banyak menemukan kasus-kasus korupsi dari jajaran bawah hingga pejabat tinggi. Terakhir kasus besar yang sedang ditangani adalah kasus korupsi proyek stadion Hambalang dan pengadaan simulator ujian surat izin mengemudi (SIM).

Lalu kemana semangat untuk menjadi pribadi jujur seperti yang ada dalam kitab suci? Bukankah kitab suci adalah pedoman bagi seluruh umat? Lantas kita tentu bertanya di mana letak kegagalannya? Tentu bukan pada kitab sucinya melainkan pada cara manusia mempelajarinya.

Kitab Suci Alquran yang dipercaya turun pada 17 Ramadan atau disebut malam Nuzulul Quran tak cukup hanya dibaca. Tak cukup pula hanya sekadar dimengerti dan dipahami. Tetapi juga harus diamalkan.

Jika kitab suci hanya menjadi pajangan, sekadar agar beragama, rasanya beginilah yang akan terjadi pada bangsa ini. Korupsi tak bisa dihentikan lajunya, kekerasan menjadi budaya dan perilaku manusia makin brutal tak terkendali. Nuzulul Quran kehilangan makna. Lalu masih bisakah muslim Indonesia meletakkan kembali makna itu dalam kehidupan sehari-hari? Menjadikannya pedoman bertindak dan berperilaku? Seharusnya bisa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya