SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Satu tragedi dalam persepakbolaan DIY terjadi lagi. Seorang suporter PSIM Muhammad Nurul Huda akhirnya meninggal setelah dikeroyok dan ditusuk sejumlah pemuda yang diduga juga suporter dari kesebelasan yang sama. Menjadi ironis sebab antara korban dan penyerang, sama-sama mengikrarkan diri sebagai pecinta tim sepakbola Laskar Mataram.

Peristiwa itu terjadi tidak berapa lama dengan kejadian tewasnya lima suporter Persebaya saat mereka akan mendukung tim mereka bertanding ke Bojonegoro.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Aksi kekerasan demi kekerasan suporter sepakbola terus saja terjadi, mewarnai dunia sepakbola Indonesia, yang “kebetulan” penuh kekerasan dan amburadul dan juga “kebetulan” terjadi pada situasi sosial politik yang serba ambigu dan membingungkan.

Ekspedisi Mudik 2024

Memang selalu saja ada pro kontra saat dihubungkan antara (kekerasan) dunia sepakbola dan faktor politik. Namun hubungan keduanya dapat dirasakan. Tidak terkecuali di Indonesia.

Seorang blogger sekaligus suporter, Helmi Atmaja, saat menulis tentang hubungan sepakbola dan politik, menyebutkan tidak ada celah tanpa kehadiran politik. Setiap umat manusia membutuhkan politik untuk menumbuhkan nalar dan daya pikirnya. Bagi sebagian umat manusia, dengan berpolitik ia bisa melampiaskan nafsunya. Tidak ada aspek kehidupan yang tidak luput dari jamahan politik. Sepakbola bagi sebagian manusia dipandang sebagai agama kedua. Ibaratnya sepakbola adalah sesuatu yang sifatnya prinsipil.

“Ideologi” suporter dan kolektivitasnya inilah yang kerap dimanfaatkan oleh pihak lain demi mencapai tujuan mereka. Sayangnya, hal itu kerap tidak disadari oleh para suporter yang sebenarnya sangat mencintai kesebelasan yang didukungnya.

Bagaimana situasi sepakbola di DIY? Setali tiga uang. Tanpa disadari suporter setia terkadang dimanfaatkan untuk kepentingan mereka yang tidak peduli dengan sepakbola, namun hanya peduli pada kepentingannya sendiri atau golongannya. Inilah yang sebenarnya menjadi “musuh’ yang harus dilawan oleh suporter yang murni mencintai sepakbola.

Sebelum mengimbau kepada semua pihak agar menahan diri, menjaga ketertiban dan tidak menyakiti suporter lain, setiap pendukung harus disadarkan untuk memfilter diri agar tidak dimanfaatkan orang lain.

Sementara untuk mencegah terulangnya insiden kekerasan suporter, aparat keamanan harus bertindak tegas, kalau mereka sudah mengarah pada tindakan kriminal, harus ditangani secara profesional.

Semestinya kita semua sepakat, dunia sepakbola harus dicintai secara fair, namun tidak membabi buta atau malah gelap mata. Sebab ini hanya suatu permainan, yang bisa menjadi indah, saat kita semua menjaganya agar tetap indah adanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya