SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kota Jogja sebagai daerah tujuan wisata terbesar kedua di Indonesia setelah Bali, memiliki beragam daya tarik, salah satunya alat transportasi nonmesin tradisional, yakni andong. Sejumlah wisatawan, baik lokal maupun manca, begitu tertarik merasakan kenyamanan andong, untuk berkeliling menikmati sejumlah objek wisata di Jogja. Sayangnya, saat ini keberadaan andong semakin terpinggirkan. Bahkan dikhawatirkan, andong asli Jogja ini perlahan akan punah.

Berdasar data Dinas Perhubungan Kota Jogja, dari tahun ke tahun, jumlah andong yang beroperasi terus menyusut. Tahun 2012, andong yang beroperasi sebanyak 380 unit. Padahal, sebelum bencana gempa 2006 lalu, jumlah andong yang aktif beroperasi di wilayah Kota Jogja masih mencapai 1.000 unit.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Dari berbagai penelitian, penyusutan jumlah andong ini berkaitan dengan banyak hal, seperti semakin kalah dengan alat transportasi moderen, khususnya sepeda motor, minimnya jumlah penumpang, dan semakin besarnya biaya operasional dan perawatan yang dibutuhkan oleh para pemilik andong.

Namun dari berbagai permasalahan yang muncul, yang paling menonjol yakni faktor ekonomi. Para pemilik andong memilih menjual andong yang mereka miliki, karena menilai sarana transportasi tradisional ini semakin terpinggirkan. Mereka akhirnya memilih menjual andong kepada para pengusaha hotel dan penginapan.

Para pemilik andong sejatinya juga khawatir, hilangnya andong asli Jogja akan berdampak pada sektor pariwisata secara umum di Kota Jogja. Para penarik andong juga merasa, selain untuk mencari penghidupan, menjalankan andong juga merupakan upaya melestarikan budaya.

Dalam permasalahan ini, pemerintah, khususnya Pemprov DIY dan Pemkot Jogja sebagai pemangku kebijakan, harus segera mencari solusi, agar kekhawatiran andong bakal punah dan hilang dari Kota Jogja, tidak terjadi.

Jika merunut pada berbagai akar persoalan andong tersisih akibat menjamurnya alat transportasi moderen, khususnya sepeda motor, ataupun terjepit dengan alat transportasi lain seperti bus, pemerintah sudah seharusnya mengeluarkan kebijakan, seperti pemberian jalur khusus bagi andong. Jika akar persoalan pada masalah biaya operasional, pemerintah bisa memberikan sedikit subsidi bagi para pengelola. Dalam hal ini, pemerintah juga bisa menggandeng sejumlah institusi pelestari budaya maupun masyarakat umum, demi pelestarian andong.

Bagaimanapun juga, andong yang telah menjadi salah satu ikon pariwisata di DIY harus tetap dipertahankan. Upaya pelestarian moda transportasi tradisional ini harus didukung oleh semua lapisan masyarakat. Jangan sampai, keberadaan andong hanya menjadi kisah masa lalu Kota Jogja di masa mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya