SOLOPOS.COM - Ilustrasi industri garam. (/JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, MADURA – Pemerintah memastikan Indonesia tidak akan mengimpor garam hingga akhir tahun ini karena stok garam nasional masih dapat mencukupi kebutuhan di dalam negeri.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo mengatakan hingga 18 November  lalu produksi garam Indonesia telah mencapai 577.917 ton, melampaui target yang dipatok sebanyak 545.000 ton.  Padahal, pada tahun ini, akibat anomali cuaca, masa produksi garam hanya berlangsung selama 1,5 bulan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Dibandingkan dengan tahun lalu, produksi garam Indonesia pada tahun ini memang turun. Meski begitu, tahun ini kita sudah dapat memenuhi sendiri kebutuhan garam domestik,” ujarnya  ketika mendampingi Presiden meninjau PT Garam di Sumenep, Madura, Provinsi Jawa Timur,  Kamis (5/12/2013).

Selain karena produksinya yang memang melampaui target, dia menegaskan tercukupinya kebutuhan garam domestik pada tahun ini juga dikarenakan stok garam tahun lalu masih tersedia.

Kendati tak lagi melakukan impor pada tahun ini, namun hingga saat ini petambak garam nasional masih dibayang-bayangi masalah fluktuasi harga.

Menanggapi fenomena tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjanjikan akan mencarikan solusi yang tepat untuk menjaga harga garam di pasar sehingga tidak berfluktuasi tajam.

“Harga garam saat ini memang fluktuatif. Namun, harus ada batas kepatutan harga agar petani dapat penghasilan yang layak,” ujarnya ketika berdialog dengan para petambak garam di wilayah tersebut.

Presiden menegaskan akan segera mengkoordinasikan upaya penanganan masalah harga garam tersebut dengan Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri BUMN, Menteri Perdagangan, dan Menteri Perindustrian.

Berangsur membaik

Menurut Sharif,  sejak program pemberdayaan usaha garam rakyat (pugar) digulirkan di Madura pada 2011, produktivitas dan harga garam sebetulnya telah menunjukkan trend perbaikan.

Saat ini, produksi garam pugar di Madura mencapai 400.940 ton dengan luas lahan 4.482 ha, produktivitasnya mencapai 89,45 ton/ha.  Sebelumnya, produksinya hanya menghasilkan 40-60 ton/ha, lanjutnya.

“Harga pun sudah membaik dari sebelumnya yang masih berkisar Rp150-Rp200 per kg, sekarang menjadi Rp 600 per kg.”

Sharif menjelaskan sebagai salah satu sentra garam nasional, dengan luasan lahan 2.088 ha, pada 2011 Sumenep baru dapat  menghasilkan garam sebesar 154.275 ton dengan produktivitas 76,20 ton/ha. Namun, pada tahun lalu, dengan lahan seluas 1.977 ha, produksinya telah meningkat jadi 213.887 ton dengan produktivitas 108,08 ton/ha.  Tahun ini, kendati tak luput dari masalah anomali cuaca, produksi garam di Sumenep masih dapat mencapai 84.047 ton dengan produktivitas 55,34 ton/ha.

Selain dari garam rakyat, Sharif mengakui meningkatnya produksi nasional pada tahun ini juga didukung oleh pasokan dari PT Garam. Tahun lalu saja, BUMN yang memiliki lahan seluas 5.700 ha mampu memproduksi 385.000 ton garam dengan produktivitas berkisar antara 67,54 ton per ha.

“Kami yakin target Swasembada Garam Industri Nasional pada tahun 2015 akan dapat tercapai dan impor garam industri tidak diperlukan lagi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya