SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, SRAGEN</strong> — Dua mobil Toyota Avanza warna hitam dan putih berhenti di tanah kosong yang dikuasai TNI di wilayah Kampung Mojo, Sragen Kulon, Sragen, Selasa (10/4/2018) lalu.</p><p>Kedatangan rombongan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Sragen itu untuk mengecek tiga benda peninggalan masa Hindu yang tertata menghadap ke barat di kebun itu. Tiga benda cagar budaya itu berupa dua unit yoni dengan ornamen sederhana dan satu patung mirip Durga Mahisasuramardini.</p><p>Dosen Arkeologi Program Studi Ilmu Sejarah<a title="UNS Solo Patok Biaya Uji Kompetensi Perdes Sragen Rp3,5 Juta/Orang" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180409/491/909037/uns-solo-patok-biaya-uji-kompetensi-perdes-sragen-rp35-jutaorang"> Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo</a>, Suharyana, melihat detail patung durga itu. Kasi Cagar Budaya dan Permuseuman Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen Andjarwati Sri Sayekti menjelaskan asal muasal benda bernilai sejarah itu.</p><p>Ornamennya yang sederhana menjadi perbincangan TACB. Ada yang bilang yoninya belum selesai dibuat. Ada yang berpendapat semakin sederhana ornamennya, usia batu itu lebih tua.</p><p>&ldquo;Tidak selamanya seperti itu. Bisa jadi kesederhanaan itu menunjukkan kemampuan si pembuat pada masanya yang juga masih sederhana. Benda-benda ini dibuat seperti seadanya saja,&rdquo; kata Suharyana.</p><p>Mereka mencatat beberapa poin penting pada artefak itu. Kemudian perjalanan mereka bergerak menuju bangunan bekas kantor administrasi Pabrik Gula (PG) Mojo yang masih asli. Mereka melihat langit-langit ruang yang terbuat dari besi dengan motif bergaris dan motif batik kawung.</p><p>Pintu-pintu menjulang tinggi dengan daun pintu yang khas dengan angin-angin. Langgam bangunan yang tinggi itu menunjukkan karakter bangunan kolonial Belanda. Bangunan itu sezaman dengan PG Mojo yang didirikan pada 1883.</p><p>&ldquo;Orang pada zaman itu sudah menggunakan motif batik untuk desain interior. Padahal mereka orang Eropa. Sekarang yang orang Jawa jarang yang menggunakan motif batik untuk interior,&rdquo; celetuk Andjarwati saat berbincang dengan anggota TACB Sragen dari Museum Ranggawarsita Semarang.</p><p>Sebelum mengunjungi bangunan itu, mereka sudah melihat kondisi Kantor Koramil 01/Sragen yang sebelumnya merupakan rumah dinas administrasi PG Mojo. Mereka juga melihat eks Kantor Kawedanan Sragen yang sekarang digunakan untuk bank perkreditan rakyat milik <a title="Minder, 18 Peserta Mundur dari Ujian Kompetensi Perangkat Desa Sragen" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180410/491/909617/minder-18-peserta-mundur-dari-ujian-kompetensi-perangkat-desa-sragen">Pemkab Sragen</a>.</p><p>Kemudian mereka ke penjara lama, rumah dinas kepala LP, dan rumah dinas dr. Soehadi Prijonegoro yang kini menjadi nama RSUD Sragen. "Kami targetnya ada 30 benda/bangunan cagar budaya (BCB) yang ditetapkan sebagai BCB oleh <a title="Silpa Dana BOS di LKPj Bupati Sragen Bikin Legislator Bertanya-Tanya" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180328/491/906621/silpa-dana-bos-di-lkpj-bupati-sragen-bikin-legislator-bertanya-tanya">Bupati Sragen </a>&nbsp;pada 2018. Yang teregistrasi mencapai 4.497 BCB terdiri atas 39 unit bangunan, 74 unit peninggalan Hindu/Buddha, dan sisanya fosil binatang dan manusia purba,&rdquo; tutur Andjarwati saat berbincang dengan <em>Solopos.com</em>, Selasa siang.</p><p>Hasil observasi TACB itu kemudian dibahas dalam diskusi khusus untuk menentukan kelayakan benda atau bangunan sebagai cagar budaya itu. Hasilnya berupa rekomendasi TACB yang diberikan kepada Bupati sebagai dasar untuk penetapan BCB.</p><p><br /><br /></p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya