SOLOPOS.COM - HIASAN NANAS- Petugas, Andi, 22, membuat hiasan nanas emas di Kelenteng Poo An Kiong, Coyudan, Serengan, Solo, Jumat (20/1/2012). Hiasan nanas emas melambangkan permohonan rezeki dan dipasang di altar dewa sebagai salah satu persiapan tahun baru Imlek 2012 atau tahun Naga. JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya.

HIASAN NANAS- Petugas, Andi, 22, membuat hiasan nanas emas di Kelenteng Poo An Kiong, Coyudan, Serengan, Solo, Jumat (20/1/2012). Hiasan nanas emas melambangkan permohonan rezeki dan dipasang di altar dewa sebagai salah satu persiapan tahun baru Imlek 2012 atau tahun Naga. JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya.

Hari turunnya para dewa itu masih satu hari lagi. Namun, aroma dupa telah meruap di sudut-sudut ruangan Kelenteng Poo An Kiong, Jayengan, Solo, sejak beberapa hari lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seorang anak muda, Kwee Andy, namanya, dari belakang kelenteng tampak sibuk menata rangkaian kertas emas berdaun nanas. Ia percaya, nanas emas adalah simbol pengharapan dan keluasan rezeki.

Ekspedisi Mudik 2024

”Puncaknya, nanti pas tengah malam Tahun Baru Imlek. Di situlah, doa-doa mudah terkabul, karena para dewa turun ke bumi,” kata Andy, rohaniwan Kelenteng Poo An Kiong sambil terus merangkai replika nanas emas.

Siang itu, Kwee Andy memang mendapatkan pesanan membikin ratusan replika nanas emas dari jemaah kelenteng. Sebagian lagi, sengaja ia bikin untuk persiapan sembahyang Imlek yang jatuh tepat Senin (23/1/2012) pukul 00.00 WIB. Di tengah malam yang kudus itulah, replika nanas itu akan terbang bersama api mengiringi doa-doa yang dipanjatkan jemaah Kelenteng Poo An Kiong menyambut kedatangan para dewa di malam pergantian Tahun Baru Imlek.
”Setiap doa yang baik akan terkabul sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing,” katanya.

Kelenteng yang didirikan Tjan Khong Bok pada 1828 itu bukanlah tempat peribadatan khusus untuk umat Konghucu. Melainkan, juga tempat sembahyang bagi umat Buddha, Katolik serta orang-orang yang percaya pada ajaran moral dan etika Nabi Kong Chu. Itulah, sebabnya kelenteng yang berdiri di Jl Yos Sudarso 122 Jayengan, Solo itu selalu ramai dikunjungi berbagai umat agama ketika perayaan Imlek tiba. ”Bahkan, banyak orang dari luar Solo juga berdoa di sini,” sahut Lie Tjien Djiang, Kepala Kelenteng Poo An Kiong.

Kali ini, Imlek bakal memasuki tahun yang ke-2563. Angka itu, menurut Lie Tjien adalah Tahun Naga Air, sebuah putaran waktu yang akan kembali terulang pada 60 tahun lagi. Naga Air menurut umat Konghucu melambangkan kekuatan, kebaikan, keberanian, serta pendirian yang teguh. Banyak harapan dan cita-cita yang digantungkan di sana. Namun, ada satu harapan yang tak kan pernah terlupakan, yakni kebaikan dan jalan hidup yang terang.

Di Kelenteng Tien Kok Sie, di kawasan Pasar Gede, kemeriahan Imlek juga membalut suasana akulturasi pribumi dan Tiongkok. Diperkirakan Minggu sore hingga malam Kelenteng Tien Kok Sie selatan Pasar Gede akan dipadati warga untuk bersembahyang.

Sebagian dari umat Tri Dharma biasanya mengikuti acara Thiam Ting hingga detik-detik pergantian tahun. Dalam bahasa China Thiam berarti menyalakan, sedangkan Ting berarti lampu atau lentera. Sehingga upacara Thiam Ting berarti ritual penyalaan lampu-lampu minyak bertuliskan nama mereka. Petugas Humas Klenteng Tien Kok Sie, Aryanto Wong, menjelaskan upacara tersebut sebagai perlambang doa dan harapan supaya diberi jalan terang selama setahun mendatang.

JIBI/SOLOPOS/Aries Susanto/Kurniawan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya