SOLOPOS.COM - Karyawan di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Jumat (17/1/2020). (Bisnis-Abdullah Azzam)

Solopos.com, JAKARTA — Tahun 2022 ini disebut sebagai tahun yang tepat untuk industri pembiayaan atau multifinance melakukan ekspansi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun optimistis dengan kondisi tersebut.

Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Logistik OJK, Anto Prabowo, meyakini industri multifinance mampu mengoptimalkan momentum kebangkitan dan pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Selain itu, pulihnya daya beli masyarakat akan ikut memantik kembali kebutuhan individu maupun pelaku usaha terhadap sumber pendanaan, termasuk melalui pembiayaan. Hal itu membawa industri multifinance menunjukkan tren pemulihan sejak akhir tahun lalu.

“Piutang perusahaan pembiayaan terpantau dalam tren meningkat, terutama didorong oleh jenis pembiayaan modal kerja dan investasi dengan mayoritas sektoral mengalami pertumbuhan positif,” ujar Anto dalam keterangannya, Selasa (17/5/2022).

Berdasarkan statistik OJK, nilai piutang pembiayaan multifinance per Maret 2022 mencapai Rp374 triliun, tumbuh 2,7% secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan Maret 2021 senilai Rp364 triliun.

Baca Juga: Keluar dari Tekanan Pandemi, Ini yang Dilakukan Industri Pembiayaan

Direktur Pengawas Lembaga Pembiayaan OJK, Yustianus Dapot, mengatakan industri pembiayaan sudah berada dalam tren pertumbuhan sejak akhir 2021, setelah sebelumnya terdampak pandemi Covid-19.

Salah satu yang menjadi indikator pemulihan yaitu tingkat kredit macet alias non-performing financing (NPF), per Maret 2022 yang telah kembali ke level 2,78%. Nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021 ketika NPF industri tercatat berada di level 3,74%, serta dibandingkan Februari 2022 yang masih menyentuh level 3,25%.

Adapun, gearing ratio perusahaan pembiayaan tercatat sebesar 1,94 kali dari batas maksimum 10 kali. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) kembali ke level sekitar 80%. Bahkan hingga menyentuh level sekitar 70% dalam 2 bulan terakhir.

Baca Juga: OJK Siap Perluas Pembiayaan Terkait Kendaraan Listrik

“Perusahaan pembiayaan juga mulai berani ekspansif menjalankan strategi bisnis pada tahun ini, setelah sempat terpukul pada tahun-tahun sebelumnya karena pandemi. Hal itu terlihat dari meningkatnya biaya operasional yang dialokasikan oleh industri multifinance pada tahun ini,” ujarnya.

Sebagai perbandingan, BOPO industri pembiayaan yang sempat konsisten di atas level 90% ketika pandemi, mencerminkan pengetatan ikat pinggang oleh para pelaku industri.

Data OJK menunjukkan, BOPO industri multifinance yang berada di level 85,06% pada Januari 2022, turun menjadi 78,48% pada Februari, dan 79,27% pada Maret. “Hal ini menjadi sinyal bahwa para pelaku bisnis siap untuk tancap gas pada tahun ini, setelah melakukan efisiensi di saat penyaluran pembiayaan seret dalam beberapa tahun terakhir,” lanjut dia.

OJK memprediksi semua segmen pembiayaan industri multifinance akan terus membaik, baik pembiayaan multiguna, modal kerja, maupun investasi.  Untuk segmen multiguna yang mendominasi piutang pembiayaan industri dengan porsi 54% dari total, masih ditopang pembiayaan kendaraan roda empat baru maupun bekas, serta kendaraan roda dua.

Baca Juga: Hore, OJK Sebut Tren Kinerja Industri Keuangan Membaik

“Kendaraan merupakan primadona untuk pembiayaan multiguna. Kenaikan daya beli serta pelonggaran mobilitas, akan menjadi daya dorong untuk permintaan pembiayaan mobil maupun motor. Selain itu, faktor adanya diskon PPnBM yang merupakan stimulus dari pemerintah juga berpengaruh,” kata dia.

Pembiayaan investasi dan modal kerja juga terus mengalami tren membaik mulai awal tahun ini. Berdasarkan data OJK, piutang pembiayaan investasi tercatat terus naik dari Rp114,27 triliun pada Desember 2021, menjadi Rp118,96 triliun pada Januari 2022, kemudian Rp121,85 triliun pada Februari 2022, dan Rp124,77 triliun pada Maret 2022.

Pembiayaan modal kerja yang mencapai Rp28,95 triliun pada Desember 2021, bergerak tipis menjadi Rp28,71 triliun pada Januari 2022. Namun kembali naik menjadi Rp30,01 triliun pada Februari 2022, dan Rp31,05 triliun pada Maret 2022.

Baca Juga: Adira Finance Optimistis Pembiayaan Baru Tumbuh Hingga 24%

Menurut OJK, hal ini didorong oleh pemulihan perekonomian domestik yang terjaga seiring vaksinasi Covid-19 yang masif, dan optimalnya pengaplikasian protokol kesehatan yang terus berjalan. Bahkan, ketika ada gejolak faktor eksternal seperti tensi geopolitik global dan normalisasi kebijakan moneter global, transmisinya terhadap perekonomian domestik relatif dapat terjaga.

Berita ini sudah tayang di Bisnis.com dengan judul: Begini Ramalan OJK Soal Bisnis Industri Multifinance pada 2022 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya