SOLOPOS.COM - Sejumlah pekerja menggarap pembangunan Monumen Gempa Bumi 27 Mei di Cepokosawit, Sawit, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (18/5). Monumen itu akan menjadi pengingat bencana alam yang terjadi sepuluh tahun silam, yakni gempa bumi berkekuatan 5,9 skala richter yang melanda daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006. (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/kye/16)

Solopos.com, BOYOLALI — Hai warga Boyolali pernah mendengar tentang monumen gempa bumi di Desa Cepokosawit, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah?

Monumen gempa bumi di Boyolali ini dibuat untuk mengenang tragedi dahsyatnya gempa bumi di Desa Cepokosawit pada 2006 silam. Pada Sabtu (27/5/2006), tepat pukul 05.55 WIB gempa dahsyat berkekuatan magnitudo 5,9 mengguncang Pantai Selatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dampaknya dirasakan hingga daerah Desa Cepokosawit, Sawit, Boyolali. Akibat gempa itu sebanyak 216 rumah warga di 9 dukuh dari 12 dukuh di Cepokosawit mengalami rusak parah.

Ada tiga dukuh yang paling parah terdampak gempa saat itu, yakni Dukuh Satriyan, Cepokosawit, dan Kenteng. Tiga orang meninggal dunia dan dua orang mengalami luka berat akibat tertimpa bangunan rumah.

Gempa dahsyat itu masih meninggalkan trauma bagi warga setempat. Dari 19 kecamatan di Boyolali hanya satu kecamatan yang terdampak gempa tahun 2006.

Baca Juga : Foto-Foto Gempa Jogja 2006: Reruntuhan dan Mayat Berserakan

Warga kemudian membangun Monumen Gempa Bumi 2006 sebagai saksi sejarah terjadinya gempa bumi di Cepokosawit, Sawit, Boyolali.

“Jalan setapak sepanjang 50 meter menjadi jalan utama menuju ke monumen yang dibangun di tengah sawah. Desain monumen gempa berbahan utama batu setinggi 17 meter itu menyerupai dua gapura yang disatukan,” tulis laman direktoripariwisata.id seperti dilansir Solopos.com pada Minggu (29/5/2022).

Pembangunan gapura masuk Candi Prambanan di Klaten menjadi inspirasi monumen gempa bumi di Boyolali. Ada sembilan pola gambar berbeda yang diukir pada monumen itu. Setiap gambar memiliki filosofi atau makna tentang bencana gempa bumi di Cepokosawit Boyolali.

Tiga pola gambar bermotif bunga di bagian bawah mengartikan tiga dukuh paling parah terdampak gempa tahun 2006. Kemudian, sembilan gambar bulatan bermakna jumlah dukuh yang terdampak gempa.

Baca Juga : Sejarah Hari Ini: 27 Mei 2006, Gempa Bumi Guncang Jogja

Berikutnya, 12 bidang berbentuk segi empat bermakna jumlah dukuh di Desa Cepokosawit, Sawit, Boyolali. Lalu, 12 gambar bunga sakura di tengah bermakna jumlah dukuh.

Swadaya Warga

Gambar lima segi empat pada bagian sayap monumen mengartikan waktu kejadian gempa dan angka 2006 di puncak memiliki arti tahun kejadian gempa.

Kemudian, lima bulatan di bawah bola dunia atau globe bermakna bulan kejadian gempa. Sebanyak 27 lembar daun di bagian sayap bermakna tanggal kejadian gempa dan bola dunia bermakna gempa bumi.

Baca Juga : Keistimewaan Boyolali, Aneka Kuliner Lezat hingga Ikon Monumen Dunia

“Salah satu tokoh masyarakat penggagas dibangunnya monumen [gempa bumi di Boyolali] ini adalah Kepala Staf Angkatan Darat [KSAD] Jenderal TNI (Purn) Mulyono. [Beliau] tak lain adalah warga kelahiran Cepokosawit. Pembangunan monumen ini dananya berasal murni dari swadaya warga sekitar,” lanjutnya.

Monumen gempa bumi di Boyolali diharapkan memberikan pendidikan sejarah kepada generasi muda tentang tragedi gempa dahsyat yang pernah menguncang Cepokosawit, Sawit, Boyolali.

Monumen gempa bumi di Boyolali dibangun di tanah kas desa seluas 500 meter persegi dan menelan dana Rp225 juta dari swadaya masyarakat.

Seperti diberitakan Solopos.com pada 26 Mei 2016, Ketua Pembangunan Monumen Gempa Bumi 2006, Soekoyo, saat itu mengatakan batu yang digunakan untuk membangun monumen didatangkan dari Muntilan, Magelang.

Baca Juga : Ada 5 Pohon Spesies Langka di Kebun Raya Indrokilo Boyolali, Apa Saja?

Monumen dibangun di dalam kompleks Situs Gajah Putih. Pembangunan monumen dimulai tanggal 17 Februari 2014 sampai 4 April 2016. “Kami sengaja meresmikan monumen bersamaan dengan peringatan dasawarsa gempa bumi 2006,” ujar Soekoyo kepada solopos.com, Rabu (25/5/2016).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya