SOLOPOS.COM - Longyearbyen (Visit Svalbard)

Kota Longyearbyen melarang penduduknya meninggal di kota tersebut.

Solopos.com, LONGYEARBYEN – Sebuah kota di Norwegia, Longyearbyen, menjadi kota di mana ada larangan sekarat atau meninggal di kota tersebut. Saat ada warga yang meninggal di kota tersebut, jasadnya pasti dievakuasi dan dikebumikan di kota lain. Alasan aturan aneh itu berhubungan dengan pandemik global yang pernah terjadi 1918.

Promosi Waspada Penipuan Online, Simak Tips Aman Bertransaksi Perbankan saat Lebaran

Longyearbyen adalah salah satu kota paling utara di dunia. Kota ini masuk di Provinsi Svalbard, Norwegia. Kota yang ditemukan pada 1906 itu merupakan kota tambang batu bara hingga tahun 1990. Kota dengan populasi kurang lebih 2100 jiwa. Warga kota ini berasal dari 50 negara berbeda, sebagian besar warga Longyearbyen terlibat dalam penelitian di kota tersebut.

Ekspedisi Mudik 2024

Sebagai salah satu kota paling utara di dunia, Longyearbyen memiliki suhu dingin di atas rata-rata. Dilansir Geek.com, Jumat (23/3/2018),  di Longyerarbyen matahari terbenam di Bulan Oktober akan kembali terbit di Bulan Maret.

Dikutip dari Bustle.com, suhu tertinggi di Longyearbyen pada November hingga April kurang lebih minus 3 derajat celcius. Sedangkan suhu terendah pada rentang bulan yang sama kurang lebih minus 15 derajat celcius.

Suhu dingin di kota ini merupakan alasan utama diberlakukannya larangan sekarat, mati, dan pemakaman di Lonyearbyen. Tepatnya, larangan ini mulaiberlaku pada 1950. Pada tahun tersebut ditemukan fakta bahwa jasad di kuburan Longyearbyen tidak membusuk, semua jasad membeku.

Suhu dingin yang mengawetkan jasad dikhawatirkan juga menjaga virus atau bakteri di jasad tersebut tetap nonaktif dan bisa aktif saat suhu mendukung. Peneliti menemukan fakta bahwa sebagian jasad yang dikubur di Longyearbyen merupakan korban pandemik flu pada 1918 yang menewaskan lima persen populasi dunia. Kekhawatiran para peneliti di Longyearbyen dibuktikan pada 1998. Ditemukan fragmen virus N1H1 dari paru-paru korban pandemik 1918.

Kecemasan pada peneliti tentang Longyearbyen ini diduga terjadi di Rusia Utara pada 2016. Waktu itu ada wabah anthrax di Rusia Utara. Peristiwa itu dipercaya berhubungan dengan naiknya suhu yang menyebabkan melelehnya lapisan permafrost sehingga jasad hewan yang terkonaminasi anthrax tak lagi membeku.

Selain larangan sekarat, mati, dan mengubur orang, di Longyearbyen juga ada larangan membawa kucing, batasan pembelian minuman beralkhohol per bulan, dan keharusan membawa senjata api saat melakukan perjalanan. Larangan terakhir terkait dengan ancaman beruang kutub. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya