SOLOPOS.COM - Habib Husein Mutahar. (Istimewa/Repro/Majeliswalisongo.com)

Sayyid atau Habib Husein Mutahar merupakan orang dibalik berdirinya Paskibraka Indonesia.

Solopos.com, SOLO –  Tokoh legendaris H. Mutahar yang dikenal sebagai pencetus pasukan bendera pusaka (Paskibraka) pertama adalah keturunan Rasulullah, Muhammad SAW.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tokoh dengan nama lengkap Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad al-Muthahar sering dipanggil Sayyid Husein Mutahar atau Habib Husein Mutahar. “Sayyid” atau “Habib” adalah istilah yang dipakai untuk memanggil seorang pria yang berasal keturunan Nabi Muhammad.

Dikutip dari laman Majeliswalisongo Jumat (18/8/2017) menurut Ulama besar pengurus ponpes An-Nawawi Berjan, Gebang, Purworejo, KH. Achmad Chalwani Nawani,  dia merupakan paman dari ulama besar Semarang, Habib Umar Mutahar.

  1. Mutahar ditugaskan Presiden Soekarno menyusun upacara pengibaran bendera kemerdekaan pertama Indonesia pada 17 Agustus 1946. Dia juga yang mencetuskan pengibaran bendera dilakukan oleh pemuda-pemudi wakil dari setiap provinsi.

Pada upacara HUT Kemerdekaan pertama RI tersebut, dia menunjuk lima orang pengibar bendera yang berdomisili di Jogja. Lima pengibar bendera merupakan simbol dari Pancasila. Hingga tahun 1967, saat menjabat sebagai Direktur Jenderal urusan Pemuda dan Pramuka pada masa Presiden Soeharto, dia diminta mengonsep tata cara pengibaran bendera dengan lebih matang.

Pria kelahiran Semarang, 5 Agustus 1916 ini lalu membentuk 17 pasukan sebagai pengiring dan pemandu, 8 pasukan sebagai kelompok inti pembawa bendera, dan 45 pasukan sebagai pengawal. Pasukan-pasukan tersebuk adalah simbol hari kemerdekaan Indoensia, 17 Agustus 1945.

Selain berjasa pada dunia Paskibraka, pria yang meninggal pada 9 Juni 2004 silam ini berjasa menyelamatkan sang Merah Putih saat Agresi Militer Belanda II mengepung Gedung Agung, Jogja pada 19 Desember 1948.

Menurut laman Kemdikbud.go.id sebagaimana dikutip Solopos.com, Jumat (18/8/2017), Presiden Soekarno mengutus H.Mutahar untuk membawa bendera pusaka agar terhindar dari sitaan Belanda. Pria yang memiliki 6 anak angkat laki-laki, dan 2 anak angkat perempuan ini, menyobek bendera mennjadi dua bagian agar tak dikenali Belanda.

Setelah pengungsiannya selama kurang lebih satu tahun di Bangka, pada pertengahan Juni 1949, dia menjahit bendera pusaka untuk dikembalikan pada Presiden Soekarno dan dikibarkan pada upacara peringatan kemerdekaan ke-4 di Gedung Agung, Yogyakarta.

Tak sampai di situ, Pria yang menguasai enam bahasa ini juga berjasa menciptakan lagu-lagu kebangsaan, diantaranya Hari Merdeka, Hymne Indonesiaku dan Dirgahayu Indonesiaku.

Dikutip dari laman Wikipedia, Sabtu (19/8/2017), Sayyid Husein Mutahar pernah mengenyam pendidikan MULO (Meer Uitgebreid Lager Ondewwijs) atau setingkat SMP di Semarang, kemudian MS (Algemeen Midelbare School) atau setingkat SMA, hingga terakhir menempuh pendidikan selama setahun di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.

Salah seorang tokoh gerakan kepanduan nasionalis, Pandu Rakyat Indonesia ini pernah menjabat beberapa posisi penting di Indonesia, diantaranya menjabat Sekretaris Panglima Angkatan Laut RI di Jogjakarta. H. Mutahar juga tercatat menjadi pegawai tinggi Sekretariat Negara di Jogja  pada 1947, lalu menjabat sebagai Duta Besar RI untuk  Vatikan pada 1969-1973. Terakhir, H.Mutahar menjabat sebagai Pejabat Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri pada 1974.

Mariah Gipty Awwaha/JIBI/Solopos.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya