SOLOPOS.COM - Permainan Ular Tangga modern (kebudayaanindonesia.com)

Tahukah Anda? membahas tentang asal mula permainan ular tangga yang fenomenal.

Solopos.com, SOLO – Ular tangga merupakan salah satu permainan paling populer di dunia. Permainan ini digemari berbagai kalangan, dari anak-anak hingga dewasa.

Promosi BRI Cetak Laba Rp15,98 Triliun, ke Depan Lebih Fokus Hadapi Tantangan Domestik

Permainan ular tangga merupakan permainan papan yang dimainkan oleh dua orang atau lebih. Papan permainan ular tangga dibagi dalam beberapa kotak yang dihiasi gambar sejumlah ular dan tangga.

Setiap pemain akan memulai permainan ular tangga dari kotak pertama dan melangkahkan bidaknya  sesuai dengan angka yang ditunjukan pada dadu yang dilemparnya. Bila bidak seorang pemain mendarat di ujung bawah sebuah tangga, maka ia bisa langsung menuju ke ujung tangga bagian atas.

Namun, bila bidaknya mendarat pada kotak bergambar ekor ular, maka ia harus turun ke kotak yang bergambar kepala ular. Pemenang dalam permainan ini ialah pemain yang sampai paling awal di kotak terakhir. Lantas, darimana permainan fenomenal itu berasal?

Dikutip Solopos.com dari Timesofindia, Rabu (23/11/2016), permainan ular tangga modern diduga terinspirasi dari permainan tradisional masyarakat India, Vaikuntapali. Permainan itu sangat populer di India, karena berkaitan dengan filosofi agama Hindu yakni karma, takdir, dan keinginan.

Menurut beberapa sejarawan, permainan Vaikuntapali diciptakan oleh Saint Gyandev pada abad ke-13. Awalnya permainan itu digunakan untuk mengajarkan moralitas dan spiritualitas kepada anak-anak. Dalam permainan ini, gambar mendaki tangga dalam papan permainan dipakai untuk mewakili perbuatan baik. Sementara gambar ular mewakili kejahatan, seperti nafsu dan amarah yang akan membuat seseorang mengalami kerugian.

Papan permainan vaikuntapali (Pinterest.com)

Papan permainan vaikuntapali (Pinterest.com)

Pesan moral yang hendak disampaikan melalui permainan Vaikuntapali yaitu seseorang akan mencapai keselamatan (moksa) melalui perbuatan baik. Sedangkan seseorang yang melakukan kejahatan akan mendapat dosa yang akkan menurunkan derajatnya di kehidupan mendatang. Dalam permainan itu, jumlah tangga lebih sedikit dibandingkan dengan ular. Hal itu dilakukan agar menjadi pengingat bahwa jalan meuju kebenaran lebih sulit daripada jalan untuk berbuat dosa.

Kepopuleran permainan tradisional itu membuat penjajah Inggris yang berada di India tertarik memperkenalkan Vaikuntapali kepada masyarakat di negara mereka pada akhir abad ke-19. Di Inggris, permainan Vaikuntapali dimodifikasi dengan menghapus aspek moral dan agama kepercayaan umat Hindu yang dikenal dengan The Ladder to Salvation.

Lambat laun, permainan The Ladder to Salvation semakin populer di kalangan masyarakat di benua Eropa. Hingga pada 1943, Milton Bradley, seseorang dari Amerika Serikat membawa permainan itu ke negaranya. Di Amerika Serikat, permainan itu dikenal dengan nama Chuttes and Ladders.

Sejak saat itu, permainan yang awalnya dibuat untuk mengajarkan ajaran agama kepada anak-anak berubah menjadi sekadar pengisi waktu luang. (Chelin Indra Sushmita/JIBI/Solopos.com)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya